Latest News

Jin & Kerasukan

KEPERCAYAAN JIN & DUNIA MISTIS
Sorotan terhadap maraknya dongeng & tayangan televisi ihwal Alam Ghaib
Sering kita memperhatikan betapa masyarakat kita begitu terpengaruh sekali oleh ragam keyakinan yang begitu besar unsur-unsur takhayul dan khurafat atau mistis, terutama keyakinan-keyakinan yang berasal dari nenek moyang mereka.
Kita tahu bahwa dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia, terdapat banyak sekali keyakinan dan kepercayaan yang bersumber dari ajaran-ajaran “leluhur” yang hampir seluruhnya mengandung unsur-unsur takhayul dan khurafat. Keyakinan menyerupai itu hingga ketika inipun masih besar sekali pengaruhnya pada masyarakat kita, terutama pada masyarakat pedalaman yang kehidupannya jauh dari perkotaan, bahkan ketika ini masyarakat modernpun sudah mulai mendapatkan dan meyakininya, padahal sebagai masyarakat modern yang seharusnya lebih bisa berpikir secara rasional. Kita perhatikan ketika ini banyak sekali tayangan-tayangan televisi yang memuat kepercayaan-kepercayaan yang begitu besar sekali unsur takhayul dan khurafatnya. Tayangan semacam itu terang sekali sangat mensugesti masyarakat kita dan hal-hal semacam itu akan mengaburkan persepsi masyarakat ihwal keberadaan alam ghaib yang pada balasannya menjerumuskan masyarakat kepada kemusyrikan.
Dalam tayangan-tayangan tersebut ditampilkan seperti alam ghaib itu bisa ditembus oleh seseorang yang tentunya diyakini mempunyai kekuatan tertentu untuk bisa memasuki alam ghaib, dan lantaran kekurangimanan masyarakat yang menonton sehingga mereka begitu saja mempercayai adegan-adegan yang ditampilkan dalam tayangan tersebut.
Melihat fenomena semacam ini, rasanya kita perlu meluruskan apa yang sedang terjadi di kalangan masyarakat ketika ini dalam mepersepsikan ihwal alam ghaib dan segala sesuatu yang ghaib bagi manusia, di sini penulis akan mencoba memaparkan sedikit ihwal hakekat alam ghaib dan segala sesuatu yang ghaib bagi insan serta bagaimana cara kita mengimaninya.

Alam Ghaib, kok terlihat !
Alam yaitu ruang dimana dalam ruang terdapat elemen-elemen dan unsur-unsur yang mengisi ruang tersebut. Ghaib secara bahasa artinya yaitu yang tersembunyi atau yang tidak tampak. (al Munawir : 1100)
Memperhatikan definisi di atas alam ghaib merupakan ruang yang tersembunyi atau ruang yang tak kasat mata begitupun dengan elemen-elemen dan unsur-unsur yang mengisi ruang tersebut. Tentunya alam ghaib itu tersembunyi dan tak kasat mata bagi insan biasa namun tidak bagi Allah swt sebagai Penciptanya dan bagi rasul yang diridhai-Nya, menyerupai dinyatakan dalam Al-Qur'an :

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ اَحَدًا(26) اِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُوْلٍ فَاِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا(27)
"(Dia) mengetahui yang ghaib, maka tidak akan ditampakkan keghaibannya kepada seorangpun. Kecuali kepada orang yang diridhai-Nya di antara para rasul, maka sesungguhnya Allah memasukkan beberapa penjaga (malaikat) dihadapan para rasul itu dan dibelakangnya". (al-Jin: 26-27)

Melihat ayat di atas terang sekali bahwa kasus ghaib tidak akan bisa diketahui melalui media apapun oleh insan kecuali bagi rasul, itupun tidak semua rasul mempunyai kemampuan mencapai pengetahuan ihwal kasus ghaib, akan tetapi hanya rasul yang diridhai oleh Allah untuk mengetahui kasus ghaib itu. Artinya tetap saja bahwa yang mengetahui ihwal kasus ghaib hanyalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Pencipta sebagai pencipta dari kasus ghaib itu sendiri, Dialah Allah swt.
Selain satu ayat yang disebutkan tadi masih banyak ayat yang menerangkan ihwal hal ghaib dan bahwa hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui ihwal hal Ghaib itu, namun akan terlalu banyak jikalau semua ayat tersebut di cantumkan disini. Kita bisa membuka Alqur'an surat Al-Mu'minun 92, As-Sajdah 6, At-Taghabun 18, Ar-Ra'd 9 dan masih banyak lagi, semua ayat-ayat itu menerangkan bahwa hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui ihwal hal ghaib. Kaprikornus ketika ada seseorang yang mengaku dirinya bisa mengetahui alam ghaib padahal hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui, maka hal itu yaitu kebohongan yang sangat besar dan akan menjadikan adzab dari Allah lantaran orang menyerupai itu sesat dan menyesatkan.
Selain AlQur'an, Rasulullah-pun pernah menerangkan ihwal kasus ghaib itu melalui haditsnya diantaranya :
عن بن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مفتاح الغيب خمس لا يعلمها إلا الله لا يعلم أحد ما يكون في غد ولا يعلم أحد ما يكون في الأرحام ولا تعلم نفس ماذا تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموت وما يدري أحد متى يجيء المطر (البخارى)
"Dari Ibnu 'Umar ra, ia telah berkata : "Telah bersabda Rasulullah saw, kunci-kunci kasus ghaib itu ada lima tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang terdapat dalam kandungan, tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan ia peroleh esok hari, tidak ada seorangpun yang mengetahui dimana ia akan mati dan tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan akan datangnya hujan". (HR. Al-Bukhari)
Hadits diatas menerangkan bahwa hal-hal ghaib atau hal-hal yang belum teralami oleh insan tidak akan ada seorangpun yang mengetahuinya, hanya Allah-lah yang mengetahuinya lantaran Dia-lah yang mentakdirkan semua yang terjadi di alam ini dan semua yang ada di alam ini tunduk kepada-Nya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa makhluk ghaib yaitu makhluk yang hidup di alam yang ghaib, jadi yang dinamakan makhluk ghaib itu yaitu ciptaan Allah yang tidak terlihat oleh mata insan siapapun itu, terkecuali seorang rasul, itupun tidak semua rasul, hanya rasul yang diizinkan oleh Allah sajalah yang bisa melihat makhluk ghaib menyerupai telah diterangkan pada pecahan sebelumnya. Namun menyerupai juga kita ketahui bahwa perkiraan yang berkembang pada masyarakat kita dari dulu hingga kini pada umumnya yaitu bahwa yang disebut dengan makhluk ghaib itu yaitu ruh seseorang yang sudah meninggal kemudian ruh itu diyakini bisa berkeliaran atau bisa bermetamorfosis menjadi makhluk-makhluk ghaib yang kemudian muncul beberapa nama atau istilah bagi makhluk ghaib itu diantaranya ada sebutan jin, kuntilanak, hantu, pocong dan sebagainya, mereka meyakini bahwa makhluk-makhluk semacam itu memang ada dan berdasarkan mereka banyak bukti yang bisa dijadikan dasar bagi keberadaan makhluk-makhluk tersebut.
Kepercayaan-kepercayaan semacam itu makin berpengaruh dalam diri-diri masyarakat kita seiring dengan banyaknya cerita-cerita yang dibentuk dan disajikan dalam majemuk bentuk dan media. Dulu banyak cerita-cerita ihwal keberadaan makhluk-makhluk itu disajikan melalui media buku atau komik yang obyeknya mungkin lebih terbatas pada belum dewasa saja, namun kini seiring dengan semakin majunya teknologi, justru pemikiran-pemikiran semakin primitif dan tidak lagi rasional, cerita-cerita bohong yang dulunya hanya disajikan melalui media buku saja kini mulai disajikan melalui media-media elektronik, pertama melalui siaran radio, banyak sekali di radio yang menyiarkan program ihwal cerita-cerita bohong itu dan dikemas sedemikian rupa sehingga bisa mengakibatkan perkiraan seperti dongeng itu konkret padahal pada kenyataannya bohong belaka. Tidak puas hanya mendengarkan saja, kini cerita-cerita itu mulai dikemas dan disajikan melalui media televisi yang menampilkan banyak sekali macam bentuk-bentuk makhluk yang semakin direkayasa dan diwujudkan seperti memang konkret adanya.
Melihat kondisi menyerupai itu rasanya kitapun akan berdosa jikalau membiarkan hal itu terus terjadi dan tanpa kita melaksanakan tidakan preventif akan semakin menyesatkan. Oleh alasannya itu penulis akan mencoba menjelaskan keberadaan bergotong-royong ihwal makhluk-makhluk ghaib berdasarkan pedoman Islam yang tentunya berdasarkan kepada Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih.

Makhluk Ghaib
Ada tiga jenis makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah swt, dan tidak ada lagi makhluk ghaib selain yang diciptakan oleh Allah swt yang tiga itu, yaitu :
a. Jin
b. Malaikat
c. Roh manusia
Ketiga jenis makhluk ghaib itu mempunyai proses penciptaan yang berbeda-beda dan mempunyai kehidupan yang berbeda-beda.

A.Jin
Kata jin berasal dari bahasa Arab yang artinya yaitu yang tersembunyi atau sesuatu yang ada tapi tidak terlihat oleh mata manusia, sedangkan berdasarkan Al-Quran yaitu makhluk cerdik yang hidup di alam ghaib yang diciptakan Allah swt dari api, menyerupai terdapat dalam Al-Quran surat Ar-Rahman 15 :
وَ خَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَّارِجٍمِّنْ نَارٍ (الرّحمن -15)
"Dan Dia membuat jin dari nyala api " (Ar-Rahman 15 )
Jin yaitu salah satu makhluk ghaib yang hidup di bumi bahu-membahu dengan manusia, kita tidak boleh menafikan hal-hal ghaib yang diperintahkan Allah untuk diyakini keberadaannya, mempelajari kehidupan dan alam jin sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi saw.dapat membuat kita mengetahui hakikat kehidupan mereka di bumi ini. (Abu Aqila, hal. 7)
Meskipun jin hidup berdampingan dengan insan di bumi ini namun ruang yang ditempati oleh kedua makhluk tersebut berlainan sehingga keduanya sama sekali mustahil saling berkomunikasi, jin yang hidup di alam ghaib tentunya hanya akan bisa berinteraksi dengan unsur-unsur dan elemen-elemen yang ada di alam ghaib itu sendiri, begitupun dengan insan yang hidup di alam bahan tentunya hanya akan bisa berinteraksi dengan unsur-unsur dan elemen-elemen yang ada di alam materi.
Materi penciptaan jin tidak sama dengan bahan penciptaan manusia, menyerupai terdapat dalam Al-Quran surat Ar-Rahman 15, bahwa jin itu tercipta dari nyala api atau jilatan api yang sangat panas, selain satu ayat tadi masih ada dalam Al-Quran ayat yang menerangkan ihwal penciptaan jin, yaitu dalam surat Al-Hijr 27 :
وَ الْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَمُوْمِ
"Dan kami telah membuat jin itu (sebelum Nabi Adam) dari api yang sangat panas"
Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat dalam menterjemahkan kedua kata dalam kedua ayat tersebut, yakni maarij mina-naar dan naaris-samuum. Ada yang beropini bahwa makna keduanya yaitu sama, yaitu berkisar pada pernyataan bahwa makna keduanya itu yaitu jilatan api atau api yang sangat panas yang berasal dari adonan api yang berwarna-warni dari tujuh api neraka yang sanggup mematikan dan tidak berasap. Pendapat lain ihwal hal itu menyebutkan bahwa kedua kalimat itu maknanya berbeda, naaris-samuum dalam kamus bahasa Arab Al-Mu'jam Al-Wasid berarti api yang sangat panas, tidak berasap, dan tidak terlihat oleh mata, dalam kehidupan sehari-hari kita hal itu disebuit aliran listrik. Adapun makna dari maarij min-naar yaitu sesuatu yang terbentuk dari inti api (al-lahab) yang panas dan sanggup dilihat oleh mata, dalam kehidupan sehari-hari kita hal itu dinamakan nyala api. Dari kedua pendapat tadi bergotong-royong tidak terlalu ada perbedaan, sanggup kita simpulkan bahwa jin itu diciptakan dari aliran listrik dan nyala api (as-samuum dan al-maarij) yang kedua-duanya yaitu api. (Abu Aqila, hal 10)
Sebagaimana manusia, jin juga diciptakan mempunyai nafsu syahwat. Mereka juga mempunyai keinginan terhadap lawan jenis mereka, ayat Al-Quran yang menerangkan adanya jenis kelamin di antara golongan jin di antaranya yaitu :
....أََفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنىِ.... (الكهف : 50)
"…Patutkah kau mengambil beliau (jin) dan turunannya sebagai pemimpin selain dari- Ku…" (Al-Kahfi 50)
Selain keterangan Al-quran ada juga keterangan dari Nabi saw. ihwal adanya gender dalam golongan jin, yakni :
أَللَّهُمَّ اِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَالْخُبُثِ وَ الْخَبَاءِثِ
" Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari setan pria dan setan perempuan" (Bukhari dan Muslim)
Kedua keterangan itu cukup menjelaskan bahwa adanya gender dalam golongan jin dan adanya perkembangbiakan di antara golongan jin sehingga menghasilkan keturunan.
Sehubungan dengan adanya gender dalam golongan jin maka mereka pun mempunyai bapak moyang, sebagaimana Nabi Adam as. sebagai bapak moyangnya manusia. Beberapa ulama berbeda pendapat ihwal siapakah bergotong-royong bapak moyangnya jin itu. Dari beberapa keterangan dalam Al-Quran yang menyangkut dilema jin, tidak satupun yang menyebutkan nama tertentu sebagai bapak moyangnya jin. Sebagian ulama yang mendalami ihwal alam jin menyebutkan bahwa bapak moyangnya jin itu yaitu Iblis, ada pula yang menyebutkan bahwa bapak moyangnya jin itu yaitu Al-Jan. Ulama yang pertama berlandaskan kepada ayat Al-Quran yang menyatakan :
... وَ كَانَ مِِنَ الْجِنِّ... (الكهف 50)
"…Sesungguhnya ia (iblis) itu yaitu golongan jin… (Al-Kahfi 50)

Sesuai dalam kaidah bahasa Arab, kalimat kaana dalam ayat itu berarti beliau yaitu satu-satunya dan kata jinni dalam nash tersebut pertanda bahwa jin yang berada bahu-membahu dengan malaikat pada ketika itu berjumlah hanya satu, jin itulah yang membangkang dan tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Karena itu Allah menyebutnya dengan sebutan Iblis yang berarti makhluk yang frustasi dan putus harapan. Karena dialah satu-satunya jin yang ada pada ketika Adam diciptakan, beberapa ulama beropini bahwa iblislah bapak moyangnya jin itu.
Adapun ulama yang beropini bahwa bapak moyangnya jin itu yaitu Al-Jan, mereka berkeyakinan bahwa bapak moyangnya jin itu tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu. Mereka berlandaskan kepada keterangan dalam surat Al-Hijr 27 dan Ar-Rahman 15 yang mengunakan kalimat Al-Jan dalam menerangkan ihwal penciptaan jin, Al-jan dalam ayat itu menerangkan bahwa pada permulaannya jin itu diciptakan tidak hanya satu melainkan banyak. (Abu Aqila, hal. 18)
Sebagaimana juga manusia, jin juga tidak luput dari kewajiban untuk beribadah hanya kepada Allah swt, sebagaimana tercantum dalam salah satu ayat Al-Quran :
وما خلقت الجن والانس إلا ليعبدون.....
"Dan tidaklah Aku membuat jin dan insan kecuali untuk beribadah hanya kepada-Ku…"
Keterangan tersebut pertanda bahwa jinpun mempunyai kewajiban beribadah, dan sebagaimana juga manusia, jinpun ada yang taat adapula yang kafir.
Sebagai makhluk yang hidup di bumi dan berdampingan dengan manusia, jin juga menempati tempat-tempat yang biasa ditempati oleh manusia, di manapun insan tingggal di sana dipastikan adanya jin, bahkan berdasarkan K.H Kasman Suja'i (A. Hassan menjulukinya sebagai Raja Jin, lantaran ketegasannya dalam mengusir jin yang bersarang dalam badan manusia) di pesantren-pesantren dan masjid-masjid yang mengajarkan pedoman yang banyak mengandung unsur bid'ah dan khurafat akan banyak dihuni oleh jin-jin yang jahat dan musyrik.

B. Malaikat
Seperti sudah kita ketahui bahwa malaikat yaitu satu-satunya makhluk Allah yang diciptakan tidak mempunyai hawa nafsu, artinya malaikat yaitu satu-satunya makhluk yang diciptakan hanya untuk taat kepada Allah swt, dan mustahil ada malaikat yang membangkang menyerupai halnya makhluk lain. Dalam agama apapun yang disebut malaikat yaitu merupakan sosok ketaatan dan sosok yang melambangkan kebaikan. Dalam salah satu ayat Al-Quran :
" sesungguhnya, malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentashbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud". (al-A'raaf 206)
Dalam kamus bahasa Arab al-Mu'jam al-Wasid, al malaikatu yaitu merupakan kata jamak dari al-malaku yang berarti malaikat, sedangkan al-maliku artinya yaitu raja, Dialah Allah, penguasa seluruh alam raya ini, dalam kamus itu tidak diterangkan dari mana kata dasar dari al-malaku itu, sehingga bisa disimpulkan bahwa kalimat itu yaitu kalimat yang bangkit sendiri dan tidak ada kaitan akar kata dengan al-maliku (Allah).
Dalam beberapa ayat Al-Quran Allah menyebutkan beberapa nama untuk menerangkan ihwal malaikat :
نَزَلَ بِهِ الْرُوْحُ اْلأَمِيْنُ (الشعراء 193)
"Dia itu dibawa turun oleh a-Ruh al-Amin (Jibril)". (ass-Syu'araa 193)
ا
لحًمْدُ لِلَّهِ فضاطِرِالْسَمَوَاتِ وَالأَرْضِ جَاعِلِ المَلَئِكَةِ رُسُلاً....( فاطر 1 )
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan…. (Faathir: 1)

Dua ayat di atas pertanda bahwa Allah mempunyai sebutan lain bagi malaikat dan Allah membuat malaikat itu sebagai utusannya yang mengurus segala urusan baik di langit maupun di bumi.
Proses penciptaan malaikat tidak sama dengan proses penciptaan jin ataupun manusia. Materi penciptaan malaikat yaitu cahaya sebagaimana sabda Nabi saw, "…sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya…" (H.R Bukhari-Muslim) Selain itu, tidak menyerupai makhluk yang lainnya malaikat tidak diciptakan berpasang-pasangan artinya dalam golongan malaikat tidak ada gender, dengan demikian tidak ada perkembangbiakan atau malaikat tidak berketurunan, kendatipun jumlah malaikat itu tidak sedikit tetapi banyak tapi itu bukan pertanda adanya keturunan dalam golongan malaikat, tetapi itu hanyalah kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa semata-mata, dan hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui akan segala rahasia-rahasia-Nya. Dalam salah satu ayat Al-Quran :
"Sesungguhnya orang yang tidak beriman kepada akhirat, mereka menamakan malaikat dengan nama perempuan". (an-Najm 27)
Dalam kitab tafsier Ibnu Katsier juz 4 hal 256 dijelaskan bahwa ayat ini menerangkan ihwal anggapan orang-orang musyrik yang menganggap bahwa malaikat itu anak perempuannya Allah, makanya mereka menamakan malaikat dengan nama-nama perempuan, akan tetapi Allah terang melarang hal itu dan menganggap orang-orang menyerupai itu sudah tidak beriman lagi. Dengan demikian ayat itu cukup menjelaskan bahwa malaikat itu bukan wanita dan bukan pria dan juga bukan anak wanita Allah, jadi siapapun dan bagaimanapun wujud dari malaikat itu kita tidak akan pernah tahu, lantaran keghaibannya, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui-lah yang mengetahuinya, kita hanya diwajibkan mengimani bahwa malaikat itu benar-benar ada.

C. Roh Manusia
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa andal psikologi barat, menyerupai Prof. H.W. Mayers dan Prof. William James menemukan bahwa dalam diri insan itu terdapat dua alam yang bertemu, yaitu alam ilmu pengetahuan dan alam roh. Roh insan berdasarkan mereka bersifat infinit dan bangkit sendiri, artunya roh insan itu tidak akan mengalami kematian, dan tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu. Socrates, spesialis filsafat yang hidup sekitar 470-339 SM beropini bahwa roh insan dan jiwanya yaitu satu substantie (yang ada dengan sendirinya) bukan satu accidentia (yang tergantung pada substansi). Roh itu ghaib (tidak kasat mata) lantaran bukan merupakan benda atau sesuatu yang bangkit atas benda. Karenanya, roh itu sederhana, tidak berubah dan tidak akan menjadi rusak lantaran ia terdiri atas banyak sekali unsur. Dari itulah, roh infinit selamanya. Aristoteles membagi tiga macam roh, yaitu roh nabati (anima vegetativa), roh hewani (anima sensitiva), dan roh insani (anima intelektiva) menurutnya roh insan yaitu anima intelektiva yaitu roh yang hidup berkembang biak ia juga sanggup merasa, lapar, haus, ngantuk, sedih, besar hati dan bersifat menyeluruh juga ia mempunyai kemampuan berfikir, etika, peradaban dan kebudayaan. Aristotelespun beropini bahwa roh itu kekal. Kalau kita kembalikan kepada pedoman Islam mengenai roh ini ada salah satu ayat Al-Quran :
وَ يَسْئَلُوْنَكَ عَنِ الرُوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ هَمْرِ رَبِّيوَ مَا اُوْتِيْتُمْ مِّنَ العِلْمِ ‘ِلاَّ قَلِيْلاً (الاسراء 85)
"Dan mereka bertanya kepadamu ihwal roh, maka katakanlah olehmu (Muhammad) bahwa roh itu urusan Tuhan-ku dan tidak diberikan kepadamu dari pengetahuan kecuali sedikit". (al-Israa 85)
Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui ihwal keberadaan roh itu kecuali Allah semata.
Memperhatikan beberapa keterangan di atas, ada dua hal yang paling essensial mengenai roh, yaitu bahwa roh itu keberadaannya ghaib dan roh itu yaitu infinit (tidak akan mengalami kematian).
Keterangan-keterangan di atas menerangkan ihwal hal-hal ghaib yang sewaktu-waktu akan teralami oleh manusia, hal-hal ghaib yang pada balasannya jikalau teralami oleh insan maka hal itu bukan hal ghaib lagi, misalnya jikalau seseorang ditakdirkan mempunyai umur hingga esok hari, apa yang terjadi esok hari bukan lagi hal ghaib baginya, yang sebelumnya hal itu merupakan hal ghaib ketika ia masih ada pada hari ini, Jadi, jikalau ada seseorang yang mengakui mengetahui sesuatu yang belum teralami olehnya sedangkan ia bukanlah seorang rasul Allah maka sungguh ia telah berdusta dan kita dihentikan mempercayainya.
Selain hal-hal ghaib di atas yang mungkin saja bisa tidak ghaib lagi ketika seseorang mengalaminya, ada juga hal ghaib yang sama sekali insan tidak akan pernah mengalaminya selama ia masih hidup di dunia ini, diantaranya alam kubur, nirwana dan neraka, dan tentu saja alam ghaib, alam yang hanya dihuni oleh makhluk-makhluk ghaib, makhluk-makhluk yang hanya bisa berinteraksi dengan unsur-unsur dsan elemen-elemen gahib. Tidak akan pernah ada seorang manusiapun yang masih hidup bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di alam ghaib lantaran kemampuan insan sebagai makhluk material hanya terbatas pada alam bahan saja dan hanya bisa berinteraksi dengan makhluk material lainnya.
Maka, kendatipun keterangan-keterangan tadi tidak secara pribadi menerangkan ihwal tidak bisanya insan mengetahui ihwal alam ghaib ataupun berinteraksi dengan alam ghaib, namun tetap saja kita bisa menyimpulkan bahwa bagaimanapun caranya insan tidak akan pernah bisa mengetahui atau berinteraksi dengan hal-hal yang ghaib baik yang mungkin saja bisa dialami oleh insan ketika masih hidup ataupun yang sama sekali tidak akan bisa teralami oleh insan ketika masih hidup. Jika ada yang mengakui bahwa beliau mengetahui hal-hal ghaib maka sungguh ia telah berani melebihi Allah sebagai penciptanya.
Akhirnya, mudah-mudahan goresan pena singkat ini bisa menawarkan sedikit klarifikasi ihwal hakekat alam ghaib dan semua unsur-unsur dan elemen-elemen yang ada di alam ghaib, sehingga kita tidak gampang terjebak atau mempercayai tayangan televisi yang sangat mungkin direkayasa dengan efek-efek film untuk membohongi penontonnya.
Wallahu A’lam Bis Shawwab



Kepada Yth.
Pemimpin Redaksi SABILI
Rubrik Bimbingan Tauhid

Bismillahirrahmanirrahim
Teriring do’a semoga Bapak dan Staff selalu berada dalam lindungan Allah SWT.Amien.
Bersama ini saya sampaikan naskah “Berkenalan dengan Jin dan Dunia Misteri” untuk dimuat
pada rubrik Bimbingan Tauhid pada majalah SABILI yang Bapak pimpin.
Mudah-mudahan Bapak berkenan untuk memuatnya.
Atas perhatiannya saya haturkan JAZAKUMULLOH KHAIRON.
Wassalamu’alaikum
Bandung, 4 Agustus 2003




Jamaludin, SAg.

Ash-Shiddiq Intellectual Forum (ASHIF)
Jl. Kopo Gg. Parasdi I No. 7 Bandung 40234
Tlp. (022) 5207636

0 Response to "Jin & Kerasukan"

Total Pageviews