Latest News

Pro Kontra Aturan Rokok

Season 1

Rokok
di Pesantren
Pagi itu cuaca sangat cerah. Bias-bias cahaya mentari pagi menyelisik diantara nyiur dedaunan menghangatkan para santri yang semenjak subuh terdengar riuh melantunkan nadzaman Qashidah Burdah. Ya.., setiap Kamis pagi yaitu jadwal pengajian kitab tersebut yang dipimpin eksklusif oleh Pa Kiai. Kata dia kitab ini berisi tarikh Nabi Muhammad SAW yang disusun menjadi bait-bait syair.
Seperti biasa Pa Kiai melagukan satu dua bait yang sudah dia hapal diluar kepala, kemudian menerjemahkannya dengan gaya puitis, sehabis itu gres berkisah wacana kehidupan baginda Rasulullah SAW. Semua santri terkesima menyimak penuturan Pa Kiai. Nabi Muhammad SAW begitu bersahaja dan agung apalagi disampaikan dengan gaya puitis oleh Pa Kiai, para santri seakan diajak bertamasya ke negeri yang penuh kedamaian.
“Makanya kita semua yang ingin hidup tenteram dan tenang meraih kebahagian dunia akhirat, tidak ada jalan lain selain meneladani akhlaq dan sikap Rasulullah SAW. Dari cara makan, minum, berpakaian dan juga beribadah.” Demikian ujar Pa Kiai…
Di salah satu sisi masjid, terlihat seorang santri yang cukup antusias menyimak pesan Pa Kiai. Iqbal nama santri ini yang populer di lingkungan Pesantren sebagai santri yang kritis dan cerdas. Ia juga populer akrab dengan Pa Kiai, lantaran setiap kali selesai pengajian ia seringkali mengikuti Pa Kiai ke perpustakaan untuk mendis-kusikan banyak sekali problem agama.
Hari ini Iqbal terlihat resah sehabis mendengar pengajian Pa Kiai tadi. Di benaknya muncul pertanyaan sehubungan dengan keharusan kita mencontoh akhlaq Nabi SAW termasuk dalam hal makan dan minum. Ia sering melihat beberapa asatidznya merokok, “namun…” pikirnya, “kenapa santri dihentikan merokok?!”. Iqbal pun bergegas menemui Pa Kiai.
SN : Assalamu’alaikum …
KH: Wa’alaikum Salam Warohmatulloh..
Setelah dipersilahkan masuk, Iqbal melihat beberapa kitab terbuka. Rupanya Pa Kiai sedang membaca dan menelaah satu masalah. Karena Pa Kiai sudah dikenal oleh para santri rajin membaca, sehari itu Pa Kiai bisa membaca hingga ratusan halaman kitab. Sebenarnya Iqbal tidak ingin mengganggu Pa Kiai, namun lantaran rasa penasarannya yang kuat, iapun memberanikan diri untuk bertanya.
SN: Pa Kiai, maaf yaa, saya mau bertanya…
KH: Nanya apa Baal… ?
Tanya Pa Kiai dengan bunyi yang khas yang selalu membuatnya terkesan.
SN: Begini Pa Kiai, tadi kan Pa Kiai menerangkan wacana akhlaq Rosul. Cara makan dan minum Rosul. Zaman Rosulullah kan belum ada rokok, Pa Kiai, jadi bagaimana aturan merokok itu sebenarnya?
KH: Kamu merokok ? Kalau merokok di pesantren dilarang, tapi bukan haram.
SN: Kok bisa begitu Pa Kiai ?! saya bertanya aturan rokok berdasarkan Islam, Pa Kiai…
KH: Oooh, tadinya saya jawab mirip itu lantaran kau memang santri di pesantren ini. Peraturan di Pesantren ini kan santri dihentikan merokok di lingkungan sekolah, setiap santri harus taat peraturan Pesantren. Kalau berdasarkan aturan Islam kau mesti mengaji dalil-dalil dan cara menetapkan aturan dalam berijtihad, sehingga kau tidak salah memilih aturan dan menciptakan orang lain jadi sesat dunia akhirat.
SN: Mengapa hingga sejauh itu ? rokok kan problem sepele, masa hanya lantaran sebatang rokok urusannya hingga alam abadi ?!
KH: Yang jadi problem bukan rokoknya, tapi menetapkan aturan rokok mengatasnamakan Allah dan Rosul-Nya. Itulah makanya kau harus banyak berguru wacana aturan Islam dari dalil-dalil yang benar dan sumber yang bisa dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Kamu kan sudah berguru tafsir surat al-Fatihah, siapa yang dimaksud AL-MAGHDHUB dan AD-DLOLIN.
SN : Al-Maghdlub itu artinya yang dimurkai yaitu kaum Yahudi lantaran mereka berilmu tanpa amal dan Ad-dholin artinya yang sesat yaitu Nasroni lantaran mereka bersedekah tanpa ilmu. Bukan begitu Pa Kiai ?!
KH: Benar ! namun yang harus kau fahami, surat Al-Fatihah itu bukan untuk Yahudi & Nasroni saja tetapi bagi umat Islam dan seluruh manusia, sehingga pesan ayat tersebut supaya kau jangan mirip kaum Yahudi & Nasroni yang tidak mengamalkan aturan Allah atau mengamalkan aturan selain aturan Allah. Dalam hadis pun dijelaskan bagaimana kaum Bani Isroil itu dihancurkan lantaran mereka menyalahi aturan Allah dan menentang para Nabi. Para ulama mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan dan menghalalkan apa yang Allah haramkan.
SN: Ya, saya mengerti sekarang, bisa jadi muslim tapi berwatak yahudi atau nasroni yang sesat dan menyesatkan, sehingga pantas Allah menempatkan mereka di neraka.
KH: Bagus, kini tolong belikan dulu rokok di warung sebelah.
SN: @#$*(^!???? (:-(
Iqbal pun bergegas membelikan rokok buat Pa Kiai. Masih banyak yang ingin ia tanyakan kepada Pa Kiai, namun kelihatannya Pa Kiai sedang sibuk membaca kitab. “Mudah-mudahan besok lusa saya tanyakan lagi, Ah.” Bisiknya dalam hati.




Season 2
Rokok
di Radio

Hari Jum’at yaitu hari libur Pesantren. Biasanya banyak santri mengisi acara dengan sepak bola atau berlatih beladiri dan kesenian untuk memanfaatkan waktu liburnya. Seperti biasa jikalau tidak ada pengajian Iqbal selalu menyetel Radio untuk mendengarkan ceramah dan tanya jawab di radio. Pagi itu ia mendengarkan tanggapan seorang ustadz yang menjawab pertanyaan pendengar wacana aturan rokok. “Wah, kebetulan sekali saya lagi resah problem ini.” Pikirnya. Dengan seksama ia menyimak penjelasan ustadz tadi sambil sesekali mencatat poin-poin pokok dan dalil yang sampaikan ustadz tadi.
“hhmmm..Kemarin Pa Kiai menyuruh membelikan rokok, berarti berdasarkan Pa Kiai rokok itu halal, tapi tanggapan ustadz ini kok haram, ya..” begitu pikir Iqbal sambil menggigit-gigit ujung penanya. “Ah, saya akan tanyakan lagi sekarang.” Lalu Iqbal mematikan radio dan membawa catatannya menuju perpustakaan Pa Kiai.
Setelah mengetuk pintu dan mendengar tanggapan salam Pa Kiai, Iqbal pun eksklusif menanyakan problem yang kemarin masih meragukannya.
SN: Kata ustadz Syaz waktu pengajian di Radio, rokok itu haram, mengapa Pa Kiai tidak sependapat dengan ustadz itu ?
KH: Ah, mungkin ustadz itu tidak sadar, honor dia ngisi di radio itu ada dari iklan rokok. Makara secara tidak eksklusif dia juga merokok, he...he.... Kamu tau alasan dia mengharamkan rokok?
SN : alasannya banyak dan panjang Pa Kiai.
Sahut Iqbal sambil melirik buku catatannya.
KH: Saya tidak menanyakan alasan kesehatan, kalau ustadz ya mesti alasan dalil dari Al-Qur’an dan hadits.
SN: Mungkin Pa Kiai juga sudah tau, kalau dari al-Quran dalilnya WALAA TULQU BIAYDIKUM ILA TAHLUKAH dan INNAL MUBADZIRINA KANU IKHWANAS SYAYATIN.
KH: Kamu kan sebelumnya ingin tau aturan bahwasanya wacana rokok, kini kita ngaji bareng, coba ambilkan Kitab Tafsirnya.
SN: Baiklah.
KH: Coba buka Tafsir Jalalain ini pada surat Al-Baqoroh ayat 195, apa arti tahlukah disana?
SN: Oh, ternyata ayat ini bekerjasama dengan infaq fi sabilillah. Dan At-Tahlukah itu ialah mereka yang menahan hartanya untuk diinfaqkan fi sabilillah alias kikir.
KH: Ada tidak kata Sagayir atau dukhon (bahasa arab rokok) dalam tafsir itu ?
SN: Sama sekali tidak ada Pa Kiai.
KH: Coba buka lagi tafsir lainnya. Yang di rak sebelah ada tafsir Ibnu Katsir. Kalau Surat Al-Baqoroh mungkin di jilid satu.
SN: hmmm, sama saja Pa Kiai, tidak ada lafad rokok atau arti yang mengarah pada dihentikan merokok. Malah di sini dijelaskan, orang yang berdosa dan tidak bertobat juga orang yang bakhil hakikatnya mereka menjerumuskan dirinya pada kehancuran di akhirat.
KH: Jadi, kalau menggunakan dalil ini untuk melarang rokok dari mana asalnya?! Mungkin, rokoknya juga gres masyhur sehabis turun ayat ini. Bahkan berdasarkan saya, ayat ini lebih tepat bagi mereka yang berani-beraninya memilih aturan rokok haram, lantaran mereka telah menafsirkan al-Qur’an sekehendak pikirannya yang picik.
SN: Ya Pa Kiai, dalam istilah ilmu tafsir disebut tafsir bir ro’yi, dan Rasulullah SAW mengecamnya sebagai penghuni neraka. Na’udzubillah.
KH: Sekarang coba cari tafsir wacana mubadzir !
SN: Tabdzir itu ialah menggunakan harta bukan untuk taat kepada Allah atau menggunakannya dalam maksiat dan bukan pada haknya. Ternyata hampir sama dengan ayat sebelumnya.
KH: Menurut kamu, merokok itu termasuk kepada mubadzir.
SN: Yaaa, nggak tau. Tapi kata ustaz itu, merokok itu sama dengan memperabukan uang. Sayang kan uang dibakar.
KH: Ha ha ha, kalau begitu kompor juga haram. Dan kalau rokoknya ngelinting sendiri, tidak beli pakai uang, jadi halal, gitu ?!
SN: Bener juga, jadi dalil-dalil itu bukan untuk aturan merokok ?
KH: Memang, justeru sebaliknya, yaitu bagi mereka yang menghabiskan energi untuk mempertahankan aturan selain aturan Allah. Jangankan ustaz, Rasul sendiri ditegur oleh Allah ketika berani mengharamkan minum madu.
SN: Bagaimana bisa begitu?
KH: Kisahnya ada dalam tafsir surat At-Tahrim ayat satu, Coba kau baca wacana Asbabun Nuzul ayat itu !
SN: Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW menyukai manisan dan madu. Jika selesai shalat Ashar, dia kembali pada istri-istrinya. Suatu hari dia bersama Zainab binti Jahsy dan meminum madu di sisinya. Aku dan Hafshah bersepakat, siapapun diantara kami yang didatangi Nabi SAW biar menyampaikan kepadanya: “aku mencium busuk maghafir, apakah engkau makan buah maghafir?” (buah yang manis tetapi baunya tidak enak) Beliau menjawab: “Tidak, tapi saya sudah minum madu di rumah Zainab binti Jahsy. Dan saya bersumpah tidak akan meminumnya lagi. Jangan kau beritahukan kepada seorangpun.” Maka turunlah ayat ini.
KH: Jadi, Rasulullah SAW sendiri dalam urusan menetapkan aturan tidak bisa, apalagi kita.
SN: Pa Kiai, Kasus ini mirip mirip ustaz yang mengharamkan rokok. Mungkinkah mereka belum membaca kisah ini?
KH: Ya, sama mirip ketika Rasulullah SAW juga sudah tahu bahwa yang diharamkan itu sudah jelas, namun lantaran ingin mendapat simpati dari istri-istrinya akhirnya mengharamkan apa yang Allah halalkan, tetapi Nabi itu ma’shum, Allah eksklusif mengingatkannya. Nah, kalau ustaz, siapa yang berani memperingatkan, diperingatkan juga, balik mendebat, kecuali atas kesadarannya sendiri.
SN: saya berani Pa Kiai !



Season 3
Rokok
di Masjid

SN: Assalamu’alaikum
KH: Wa’alaikum salam warohmatulloh, darimana kamu?
SN: dari masjid kampus ada diskusi wacana sampaumur dan narkoba.
KH: kau ikut dari awal hingga selesai ?
SN: Oh, saya ikut sehabis sepuluh menit dimulai, soalnya ada larangan merokok di tembok masjidnya. Tanggung, kalau dibuang mubadzir. Pa Kiai..
KH: Dasar santri kalong! Pembicaranya siapa aja ?
SN: ada tiga orang, dari agamawan, medis dan praktisi psikologi remaja. Maaf Pa Kiai, sebelum ngobrol lebih jauh wacana diskusi tadi, saya jadi penasaran, kok di masjid ditempel “dilarang merokok” kalau di pom bensin itu masuk akal.
KH: Kenapa kau tidak tanyakan ke DKM nya langsung.
SN: Ya, Insya Allah nanti saya tanyakan, tapi berdasarkan Pa Kiai sendiri hukumnya bagaimana?
KH: Mungkin mereka hanya ikut-ikutan Rumah Sakit lantaran asap rokok membahayakan pasien. Masjid juga kan fungsinya untuk kesehatan rohani. Tapi harusnya asapnya juga asap gaib, mirip “dilarang bakar kemenyan”. Ada juga yang melekat larangan itu lantaran menganggap rokok itu makruh sama dengan bawang putih.
SN: Memangnya bawang putih itu makruh?
KH: Memang ada haditsnya, nanti kau teliti lagi matan dan sanadnya dan jangan lupa baca syarahnya, lantaran banyak yang menggunakan dalil hadits tapi syarahnya sekehendak dewek, jadi ngawur, sama kayak tafsir bir ro’yi yang kemarin. Namun kalau dalam hadits ancamannya di kasih kursi.
SN: lezat dong, sanggup dingklik mirip anggota dewan ??!
KH: bukaaan, tapi dingklik dari api neraka ! mau ???
SN: Na’udzubillah !
KH: Sepengetahuan saya, hadits itu menyuruh kita untuk membersihkan diri dari busuk yang tidak sedap ketika hendak shalat berjama’ah di masjid, lantaran akan mengganggu jama’ah lain.
SN: Oh, jadi yang dihentikan itu mengganggu jama’ah shalat, bukan larangan makan bawang putih.
KH: Ya, Jangankan dengan busuk yang tidak sedap, ngaji qur’an dengan bunyi keras saja ketika ada yang shalat dilarang.
SN: Lalu, mengapa rokok disamakan dengan bawang putih, padahal berdasarkan saya busuk rokok itu enak,
KH: Makanya yang namanya aturan itu harus pasti, hitam putih. Kalau masih mungkin atau relatif ya dikembalikan ke aturan asalnya.
SN: aturan asal bagaimana?
KH: Misalnya, bawang putih tadi, aturan asalnya dalam urusan masakan itu mubah kecuali ada dalil yang mengharamkan. Nah, jikalau sudah tau aturan asalnya gres kemudian diqiyaskan, itupun tidak sembarangan, harus memenuhi syarat-syarat qiyas yang benar, sama illat hukumnya dan syarat-syarat lainnya.
SN: Memang qiyas rokok dengan bawangputih itu salah?
KH: tidak juga, kalau diqiyaskannya bahwa keduanya sama-sama masakan yang aturan asalnya boleh. Tapi kalau alasannya lantaran baunya, kurang tepat, yang lebih tepat diqiyaskan dengan pete atau jengkol. Adapun qiyas yang bekerjasama dengan aturan masjid alasannya ialah mengganggu orang yang shalat itu yang jelas. Menurut kau yang mengganggu kekhusyuan shalat apa saja selain ngaji qur’an tadi ?
SN: banyak sekali, tidak hanya bau-bauan, gambar dan bunyi gaduh juga bisa mengganggu. Kalau begitu, goresan pena “Dilarang Merokok” juga bisa jadi makruh jikalau mengganggu shalat kita.
KH: Ternyata kau cerdas juga !




Season 4
Rokok
di Rumah Sakit

SN: Pa Kiai, berdasarkan penelitian katanya delapan puluh persen pecandu narkoba itu yaitu perokok dan sekitar dua setengah juta orang pertahun meninggal akhir rokok. Pa Kiai, nggak takut ?
KH: Kamu sendiri merokok dari semenjak kapan?
SN: gres dua bulanan ini
KH: Oo, semenjak kau merokok pernah sakit nggak ?
SN: Alhamdulillah, nggak
KH: Kalau kau percaya survey tadi, harusnya kau sudah jadi almarhum he…he…Kamu kan baca di bungkus rokok, kadar nikotin dan tar setiap batang rokok, juga ada peringatan ancaman merokok.
SN: Ya, jadi survey itu tidak sepenuhnya benar, kalau berdasarkan Pa Kiai, ancaman rokok bagi kesehatan kita bagaimana ?
KH: yang lebih tahu mah ya dokter. Kalau saya hanya dari pengalaman hidup saja dan hasil baca-baca.
SN: Pa Kiai merokoknya semenjak kapan?
KH: Alhamdulillah sudah lima puluh tahunan.
SN: Masya Allah, kok bertentangan sekali dengan hasil survey tadi. Katanya, bisa mengganggu janin, Pa Kiai punya banyak anak dan cucu. Ya.
KH: Ya, makanya jangan gampang percaya pada informasi juga kata orang, sebelum kau sendiri benar-benar yakin. Urusan mati itu belakang layar Allah. Kalau insan mereka-reka urusan kematian sama dengan menyaingi hak Allah, musyrik hukumnya. Dan mati itu bukan penyakit, lantaran setiap penyakit, kata Rasul niscaya ada obatnya. Hasil survey itu tidak semua benar. Justeru sebaliknya, teman-teman saya yang tidak merokok sudah pada meninggal, saya yang merokok Alhamdulillah masih sehat wal afiyat, he…he…
SN: Kalau hasil survey pecandu narkoba itu bagaimana pa Kiai?
KH: Itu mah tidak ada hubungannya dengan aturan merokok. Apa lantaran ganja dihisap, rokok hukumnya jadi sama dengan ganja. Kalau mikirnya mirip itu, diinfus pake jarum suntik juga jadi haram.
SN: Katanya sih lantaran kecanduannya
KH: Narkoba itu dihentikan lantaran sama dengan khamer yaitu mengganggu budi pikiran, bukan lantaran bisa mengakibatkan kecanduan. Kalau lantaran kecanduannya bisa-bisa minum kopi juga jadi haram.
SN: bener juga, makan nasi juga bisa jadi haram, ya…
KH: Yang namanya masakan atau minuman bisa berdampak pada tubuh kita. Makanya Islam menunjukkan batasan jangan berlebih-lebihan. Asal halal dan tidak berlebih-lebihan, Insya Allah tidak akan membahayakan, tapi tetap kalau ajalnya sudah tiba, tidak seorangpun bisa menghindar dari kematian.
SN: Memang bener kata pa Kiai, ada ayah temen saya sudah keluar masuk rumah sakit, tapi hingga kini masih hidup, tapi ada juga yang tidak punya penyakit apa-apa, tiba-tiba meninggal. Kalau Pa Kiai, sehari berapa batang rokok ?
KH: Alhamdulillah tiga bungkus.
SN: Waaah




SEASON 5 : Rokok di Televisi
SN: Pa Kiai lihat program dakwah di tv tadi sore nggak?
KH: Ya, kebetulan nonton.
SN: Menurut ustadz di tv tadi perokok itu kurang perhatian terhadap ilmu, buktinya berdasarkan survey salah satu media cetak, setiap tahun jikalau dirata-ratakan, orang menghabiskan dana untuk membeli buku hanya duajuta rupiah saja, sedangkan untuk membeli rokok hingga dua milyard lebih.
KH: kau salah paham, ustadz tadi kan lagi menjelaskan penghargaan kita terhadap ilmu dan membaca buku sangat minim, bukan perokok itu kurang perhatian pada ilmu.
SN: Oh ya, maaf pa kiai, soalnya memang ustadz tadi anti rokok hingga memberi referensi juga sama rokok.
KH: hati-hati kalau menilai orang, jangan su-u dzan dan asal ngomong, bisa termasuk ghibah itu!
SN: Memang kenyataannya begitu, Pa Kiai. buktinya di pesantrennya, papan “Dilarang Merokok” ada dimana-mana.
KH: Tapi itu bukan berarti dia mengharamkan rokok kan?!
SN: ya sih, tapi ustadz itu juga mestinya tidak asal ngomong, jangan menjaga hati melulu, tapi lisannya nggak dijaga. Kenapa Pa Kiai menganggap ucapan saya termasuk ghibah?
KH: Arti ghibah berdasarkan hadis kan DZIKRUKA AKHOKA BIMA YAKROHU atau ngomongin orang sesama muslim wacana sesuatu yang bikin dia tidak enak. Kalau benar, itu namanya ghibah, kalau tidak sesuai, itu namanya menuduh. Kedua-duanya termasuk dilarang, lantaran sama dengan memakan bangkai saudara sendiri. Makanya, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.
SN: Kalau tujuannya amar ma’ruf nahyi munkar bagaimana pa kiai?
KH: Itu juga ada etikanya, dengan lemahlembut, nasihat dan penyampaian yang baik, tidak memvonis dan ghibah atau mengghibahkan orang yang ghibah.
SN: Maksudnya mengghibahkan orang yang ghibah itu bagaimana ?
KH: Ya, maling teriak maling. Misalnya si-A menceritakan malu si-B, terus diomongin lagi oleh si-B bahwa si-A tukang gossip, pan jadi pusing tah…
SN: jadi sebaiknya bagaimana Pa Kiai?
KH: Semestinya setiap informasi itu jangan eksklusif diyakini kebenarannya tapi harus tabayyun atau penjelasan dengan yang bersangkutan. Apalagi jikalau informasi itu tiba dari orang fasiq dan mahir maksiat. Kalau dari Allah dan benar-benar shahih dari Rasulullah SAW barulah kita harus SAMI’NA WA ATHO’NA.
SN: Kalau tanggapan pa Kiai pada referensi ustadz di tv itu bagaimana?
KH: Oooh, itu kan baik, menganjurkan kita biar lebih mengutamakan ilmu dan mengaji juga membaca buku.
SN: Bukan problem itunya, saya kurang sependapat dengan perbandingan dana untuk membeli rokok.
KH: Kenapa? Kamu tersinggung sebagai perokok ?
SN: ngggg, sedikit, tapi tampaknya perokok itu terkesan negatif, makanya saya menyimpulkan mirip tadi, Pa Kiai.
KH: Kalau saya yang jadi ustadz di tv yang disaksikan jutaan penonton, akan membandingkannya bukan dengan rokok, tapi dengan kitab kuning.
SN: Bagaimana Pa Kiai ini, kalau baca kitab kuning kan santri disini juga diwajibkan lantaran sumber ilmu.
KH: bukan kitab kuning itu! Tapi bacaan cabul kayak Pleyboi itu…
SN: Oooo, ya saya kira lebih tepat yang itu, kalau dengan rokok mah kurang nyambung.
KH: Ya, coba saja bandingkan orang membeli majalah agama yang hanya puluhanribu saja kadang berat, tapi majalah porno yang harganya ratusanribu saling berebut.
SN: Tapi tidak mencontohkan mirip pa Kiai, bukan berarti ustadz itu pro majalah porno kan, mirip ketika dia menganggap buruk orang yang merokok, ya Pa Kiai?!
KH: Makanya kalau kau jadi ustadz nanti, mesti ekstra hati-hati kalau berdakwah apalagi di hadapan khalayak ramai. Pernah dengar pepatah arab LAISA KULLU MA YU’LAMU YUQOLU, FAINNA KULLA MAQOMIN MAQOLUN
SN: Maksudnya bagaimana Pa Kiai ?
KH: artinya “Tidak semua yang kau ketahui harus diucapkan, lantaran setiap kondisi mempunyai ungkapan yang tepat.” Sama mirip sabda Rasulullah SAW: “Serulah orang itu sesuai dengan kadar pemahamannya.” Makanya Jagalah hati dan lidahmu !
SN: Insya Allah Pa Kiai…




SEASON 6 : ROKOK DI TERMINAL

KH: Tumben, kau nggak merokok?
SN: ini kan terminal Ciputat, Pa Kiai, bisa-bisa saya didenda limapuluh juta.
KH: Oh, ternyata kau takut juga, ya
SN: bukan problem takut, Pa Kiai, larangan ini kan sama kayak dihentikan merokok di pesantren. He..he.. Eh Pa Kiai, kenapa sih pemerintah bikin aturan larangan merokok di kawasan umum? pakai sangsi berat lagi. Limapuluh juta kan bisa buat bikin pabrik rokok.
KH: Ya…sama kayak di pesantren diberi sangsi digunduli, ha..ha..
SN: Pa Kiai bisa aja. Mungkin lantaran asap rokok lebih berbahaya bagi perokok pasif.
KH: Ya mungkin. Tapi kalau di Singapura, disamping larangan merokok di kawasan umum itu dibuatkan juga “smoking area” buat yang ingin merokok.
SN: Kalau di sini mirip “dilarang buang sampah” tapi tong sampahnya kaga disediain. Bikin resah juga. Pa Kiai, katanya merokok di kawasan umum sama dengan mendzalimi orang lain, bagaimana sebenarnya?
KH: Dzalim itu kebalikan dari adil, kalau dalam istilah syar’i, dzalim itu menempatkan sesuatu bukan pada haknya. Makanya syirik termasuk dzalim yang terbesar lantaran orang musyrik itu menempatkan selain Allah untuk disembah dan ditaati. Kalau urusan asap rokok dihisap bukan oleh perokoknya yang berbuat dzalim itu siapa, coba pikirkan?!
SN: mmmm, ???
KH: Pusing kan?!
SN: Berarti sama kaya asap kenalpot mobil, padahal lebih berbahaya. Pas juga anekdot temen saya Pa Kiai
KH: Anekdot apaan ?
SN: Ceritanya, di bis ada perempuan hamil berpakaian mini menegur seorang yang lagi merokok, “Mas, maaf ya rokoknya matikan dulu, mengganggu janin saya” si kakak tadi melirik perempuan itu dan balas menjawab: “Bu maaf ya, dadanya ditutup, janin saya juga terganggu.” He.. he..
KH: Husss, ngeres kamu, ntar kena undang-undang anti pornografi pornoaksi lagi
SN: harusnya yang dijerat undang-undang APP itu program tv dan majalah porno Pa Kiai
KH: Yah, makanya pemimpin itu harus akrab dengan ulama. Kamu sudah tau kisah khalifah yang otoriter?
SN: belum,
KH: Dulu ada khalifah yang suka memaksakan pendapatnya. Menurut keyakinannya, al-Qur’an itu makhluq dan mereka yang tidak sependapat dengannya akan dipancung. Sam-pai terdengar ke telinganya, seorang ulama ahlussunnah, Ibnu Abi Du’ad. Maka dibawalah ke hadapan khalifah untuk eksklusif dipancung.
SN: wah kejam sekali, di kita masalah korupsi saja hanya dikurung satu dua tahunan.
KH: Ibnu Abi Du’ad ketika berada di tangan algojo minta bicara untuk terakhir kali. Khalifah pun mengizinkannya. Ternyata ia menanyakan; “Apakah keyakinan “Al-Qur’an yaitu makhluq” itu pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW, Umar, dan khulafaurrasyidun lainnya?” Tentulah jawabannya: Sama sekali tidak pernah, dan merekapun tidak memaksakan keyakinan mirip itu kepada umatnya. Singkat dongeng khalifah itu menyadari kekhilafannya dan tidak pernah lagi memaksakan pendapatnya.
SN: Siapa nama khalifah tadi Pa Kiai
KH: Al-Watsiq Billah, ia dari Bani Umayyah
SN: Ya Pa Kiai semestinya para pemimpin itu mirip Al-Watsiq, mendengar pandangan ulama yang berpegang teguh pada al-Qur’an dan hadits shahih mirip Ibnu Abi Du’ad tadi..
KH: yang lebih penting lagi harus tabayyun pada setiap informasi dan jangan taqlid buta.
SN: Taqlid buta bagaimana ?
KH: ikut-ikutan tanpa tau dasar hukumnya atau bersedekah tanpa ilmu yang benar. Taqlid ini biasanya disebabkan kultus individu atau fanatik pada satu pedoman sehingga tidak mungkin salah. Kamu juga jangan merokok lantaran saya merokok. Atau membenci yang tidak merokok lantaran tidak merokok mirip kamu, atau juga tidak merokok lantaran berdasarkan ustadz anu haram, itu sama dengan muqollid yang melarang taqlid. Ngerti ?
SN: Siaaap Pa Kiai. Tapi Pa Kiai… saya juga pernah menyaksikan program pengajian yang membahas wacana hakikat syukur, kata ustadznya salah satu bentuk syukur nikmat itu ialah dengan tidak merokok, karna yang merokok itu mencemari udara dan meracuni diri sendiri…
KH: Menurut Ustadz tadi syukur itu artinya apa ?
SN: Maksudnya katanya, Alloh memberi kenikmatan berupa udara yang kita hirup setiap ketika sehingga kita bisa hidup dengan nyaman, kalau saja udara itu terkontaminasi dengan asap rokok berarti kita telah kufur nikmat. Dia mencontohkan dengan menahan nafas beberapa menit, Yang bisa bertahan usang berarti dia tidak merokok. Makara yang tidak merokok itu disamping telah bersyukur juga ditambah kenikmatannya berupa nafas panjang.
KH: Oohh begitu… Memang yang tidak merokok itu panjang nafasnya tapi… pendek umurnya… kalo yang merokok itu pendek nafasnya, panjang umurnya … he, he…
SN: Yang bener Pa Kiai ??
KH: Itu mah lelucon yang suka merokok… kau serius amat..
SN: Masalahnya prinsipil Pa Kiai, masa yang merokok dianggap kufur nikmat, saya jadi tersinggung…
KH: Ya memang serius, Kalau begitu kita ngobrol problem syukur…
SN: Pa Kiai… bukankah ada hadis yang menyebutkan, “jika seseorang menuduh kafir kepada seorang muslim, maka kekafiran itu kembali kepada dirinya.”
KH: Ya memang ada, tapi kufur yang mana dulu…
SN: Memangnya kufur itu ada berapa macam, Pa Kiai ?
KH: Kufur itu artinya mengingkari aturan Allah, kebalikan dari syukur, ada kufur yang menimbulkan pelakunya keluar dari Islam atau murtad. Yang termasuk jenis pertama ini diantaranya Kufur Inkar, kufur Juhud, Kufur Inad dan kufur nifaq.
SN: Maksud kufur inkar dan yang lainnya itu ?
KH: Kufur inkar itu mengingkari kebenaran dengan hati dan lisannya, Kufur Juhud itu hatinya mengingkari tapi lisannya menolak, kufur inad, hati dan lisannya mendapatkan kebenaran tapi tidak mau mengikuti aturan Allah sedangkan kufur nifaq itu ialah orang munafiq yang hatinya menolak tapi lisannya akal-akalan menerima.
SN: Makara mereka semua keluar dari Islam?
KH: Ya.. Allah yang memvonis murtad, bukan manusia. Kita hanya bisa menjelaskan ciri-ciri yang disebutkan dalam firman-Nya. Makanya Rosul memperingatkan kita biar jangan gampang menuduh kafir kepada orang lain, bisa-bisa jadi bumerang…
SN: Na’udzubillah… Kalo jenis kufur yang tidak menciptakan murtad ?
KH: Yaitu kufur nikmat atau yang tidak mensyukuri kenikmatan dari Allah SWT.
SN: Makara berdasarkan Pa Kiai, merokok itu termasuk kufur nikmat tidak ?!
KH: Bisa jadi yang tidak merokok juga kufur nikmat malah termasuk jenis kafir yang pertama jikalau mereka menolak aturan Allah yang sudah jelas.
SN: mmm, mungkin mereka yang menolak dengan terang-terangan aturan rokok halal itu termasuk kufur inkar ya… Karna mereka menolak dengan hati dan lisannya hingga berdemo gitu…
KH: Dasar santri kalong… Yang terang mah kebanyakan orang lalai mensyukuri nikmat Allah dan yang lebih ironis lagi merasa telah bersyukur padahal itu sikap kufur…
SN: Ya.. mirip yang demo anti rokok dengan memperabukan ban bekas atau pake konvoi motor dan mobil, padahal asap timbalnya lebih berbahaya Pa Kiai…
KH: kau bisa aja…



SEASON 7 : ROKOK DI ARAB


SN: Pa Kiai, temen saya menegur saya ketika merokok, katanya rokok itu haram lantaran termasuk khamer kering dan racun. Gimana Pa Kiai ?
KH: Temen kau yang mana ?
SN: itu yang berjenggot, pakai kacamata dan suka pakai kopiah haji.
KH: Ooh, yang kemarin ikut shalat berjama’ah dzuhur di masjid ?
SN: Ya, dia pernah kuliah di Madinah
KH: Trus kau jawab ?
SN: Wah, saya nggak sanggup Pa Kiai.
KH: Kenapa ?!
SN: ilmu agamanya kan niscaya hebat, Pa Kiai
KH: Coba saja diskusi sama dia, tapi bukan berdebat. Kamu kan masih ragu wacana aturan rokok itu, dan dia punya dalil lain sehingga beropini haram.
SN: Insya Alloh Pa Kiai, tapi kalau argumen dia yang lebih besar lengan berkuasa bagaimana Pa Kiai
KH: Ya kau harus taslim
SN: taslim bagaimana ?
KH: mengakui bahwa rokok itu hukumnya haram dan kau harus berhenti merokok.
SN: Walah, berat juga ya...
KH: Itu kan konsekuensi kalau alasan dia lebih kuat. Nah, kalau alasan kau yang lebih besar lengan berkuasa berarti dia harus meralat pendapatnya. Makanya kau siapkan dulu dalil dan argumennya.
SN: mmmm, saya kan ngaji sama Pa Kiai, jadi argumennya juga dari Pa Kiai, ya...?!
KH: ya boleh lah,
SN: Alhamdulillah, Pa Kiai, kenapa Pa Kiai sangat antusias menolak yang mengharamkan rokok sih?
KH: Kamu belum tau, saya dulu juga mirip mereka, malah kalau ada yang merokok di depan saya, eksklusif saya ambil rokoknya, saya injak injak di depan matanya sambil menasihatinya.
SN: Oh begitu, kemudian kenapa berubah total Pa Kiai ?
KH: Ya, dulu memang saya taqlid sama Kiai Sepuh, kalau kata dia haram, semua santri harus Sumuhun dawuh. Kiai Sepuh juga pernah usang tinggal di Mekah, ketika itu saya menganggap kalau yang dari Arab itu niscaya Islam dan tidak mungkin salah.
SN: Makara Pa Kiai juga pernah pakai baju gombrang dan sorban, Ya ?
KH: Ya ia lah, lantaran pakaian mirip itu dianggap sunah rosul, malah kalau pakai celana panjang yang menutup tumit mirip kau ini masuk neraka lantaran dianggap isbal.
SN: isbal itu apa Pa Kiai ?
KH: melabuhkan pakaian, orang yang isbal disebut musbil, dalam hadis diancam masuk neraka.
SN: Wah ngeri juga, masuk neraka lantaran salah pakai celana.
KH: Itu kan dulu, ternyata hadits wacana isbal itu cukup banyak dan ada yang menyebutkan isbal dengan niat Khuyala yaitu sombong mirip pakaian para raja yang menyapu tanah. Makara yang dihentikan itu berlaku sombong dengan pakaiannya, bukan menutup tumitnya.
SN:Bener Pa Kiai, masa mahir nirwana itu hanya yang pake gamis saja, kan Abu Jahal juga berjenggot dan pake gamis. Lagian, bisa jadi orang tidak isbal tapi sombong, mirip kini orang kaya itu lagi ngetrend pake celana pendek.
KH: Yang jadi pikiran saya dan akhirnya menyadarkan saya sehabis membaca kisah sahabat yang salah memberi fatwa.
SN: fatwa wacana apa Pa Kiai ?
KH: Ada sahabat yang luka di kepalanya, kebetulan ia mimpi janabat dan harus mandi, kemudian minta fatwa kepada sahabat lainnya, bolehkah ia bertayammum, sahabat itu memfatwakan tetap harus mandi lantaran masih bisa menggunakan air, ia-pun mandi dan akhirnya ia meninggal. Kejadian ini disampaikan kepada Rasulullah, maka beliaupun murka dan menegur pemberi fatwa tadi, “mereka telah membunuh orang itu, Allah melaknat mereka. Mengapa mereka tidak bertanya dulu jikalau belum tau! lantaran obat dari kebodohan itu ialah bertanya.”
SN: Sebentar Pa Kiai, sahabat tadi juga kan bertanya dulu kepada sahabat lain.
KH: Ya, tapi yang disuruh oleh Nabi untuk bertanya itu orang yang menjawabnya, lantaran ia belum tau tanggapan bahwasanya sudah berfatwa mirip itu. Artinya, jikalau kita ragu wacana satu masalah, apalagi dalam urusan ibadah, jangan dulu diamalkan atau difatwakan, tapi tanyakan dulu kepada ahlinya, lantaran jikalau salah fatwa, resikonya sama dengan mendzalimi orang lain dan mendapat laknat dari Allah dan Rasul-Nya. Juga jangan asal bertanya, lihat dulu konsistensinya pada al-Qur’an dan hadis shohih.
SN: berat juga jadi ulama itu ya...
KH: Ya, tapi pahalanya juga sangat besar. Yang harus kau camkan yaitu berhati-hati dalam berpikir dan bertindak. Ingat kisah Imam Malik yang diminta fatwa wacana empat puluh problem ?
SN: mmm, ya, dia memang hebat Pa Kiai. walaupun sudah menjadi tokoh ulama besar, tapi yang dijawab hanya tiga problem dan dia tidak gengsi menjawab “tidak tau” untuk problem lainnya.
KH: Yang lebih berat lagi bagi ulama ialah keikhlasan mendapatkan hujjah yang sebelumnya dia bantah habis-habisan. Saya rasakan sendiri, tapi alhamdulillah, Allah memberi akomodasi jalan untuk melunakkan kekerasan hati saya, sehabis mendapatkan surat sahabat saya ketika itu yang kuliah di Universitas al-Azhar, Mesir.
SN: Apa isi suratnya Pa Kiai?
KH: dia dongeng wacana kuliah di Al-Azhar itu cukup berat, harus hafal Qur’an 30 juz, nalar hadis lengkap dengan rowinya, de el el. dia juga dongeng wacana dosen tafsirnya yang buta matanya.
SN: Wah, hebat Pa Kiai, berarti tafsirnya juga hafal di luar kepala.
KH: Yang menarik itu, kalau ia mengajar sambil merokok.
SN: Ah masa ??? kalau Kiai Sepuh lihat mungkin sudah di kerangkeng, he..he..
KH: Itulah, akhirnya saya bertanya-tanya dalam hati, ternyata tidak semua ulama beropini rokok itu haram. Saya jadi ingin tau dan membuka kitab-kitab fiqh yang ada, sambil mencoba rokok kiriman temen saya tadi.
SN: Oooh begitu. rokok apa itu Pa Kiai
KH: Kaliyufatro, itu rokok putih, kata temen saya ada lagi rokok mesir yang namanya Syisa. hisapnya pake selang dan pake air di botol kaca, tembakonya dibakar pake arang, rasanya macem-macem, ada rasa jeruk, apel...
SN: masa ada rokok rasa apel ?!
KH: Baru tau ya, makanya jangan kuper. Kalo merokok syisa rasa apel, ruangan ini kaya pake farfum. kaya orang dulu suka mengasapi tubuh dan pakaiannya dengan rempah-rempah biar harum. Makanya jangan nuduh buruk melulu sama yang merokok. Dosen tafsir yang buta tadi jadi ilham buat saya, ternyata walaupun mata lahirnya buta tapi mata hatinya selalu terbuka untuk kebenaran...
SN: mmmmm, sebentar Pa Kiai (sambil beranjak dari kursi)
KH: Mau kemana kau ?
SN: bikinin kopi sekalian beli rokok dulu buat Pa Kiai
KH: iqbaal .... iqbal...






SEASON 8 : ROKOK DI CAFE

SN: Assalamu’alaikum…
KH: Wa’alaikum salam warohmatulloh
SN: Pa Kiai, waktu saya mau beli rokok di pinggir jalan, lewat café “Bragajul” yang lagi pada nonton bareng sambil taruhan, mereka juga pada merokok, saya jadi inget alasan temen saya bahwa merokok itu termasuk perbuatan yang sia-sia, makanya diharamkan, bagaimana Pa Kiai ?
KH: Oh…di Café yang itu… memang masyarakat di sini sudah muak dengan ulah orang-orang di situ, malah sudah diperingati sama ketua erte di sini dan pernah ditutup, tapi sebulan kemudian buka lagi.
SN: Orang mirip itu mah harus dikirim tsunami Pa Kiai, gres mereka tobat, itupun kalau selamat…
KH: Memang benar, dalam al-Qur’an pun disebutkan, jikalau insan tidak mau lagi beribadah, Allah akan menggantinya dengan orang yang mau berdzikir dan taat kepada-Nya.
SN: Mungkin tsunami dan gempa bumi juga termasuk cara Allah memusnahkan mereka, Pa Kiai ?!
KH: Ya… petaka dan musibah bagi mereka itu sebagai laknat, tapi bagi orang yang beriman itu menjadi ujian dan peringatan untuk selalu mengingat Allah dan beribadah.
SN: Eh Pa Kiai, soal rokok tadi bagaimana ?
KH: kau ini… mereka juga pake baju dan celana kan ?!
SN: Ya ia dong
KH: Tapi temen kau itu kok tidak mengharamkan baju dan celananya. Artinya jangan suka menjeneralisir problem apalagi dalam urusan hukum, harus dilihat per kasus. Kelakuan mereka minum arak dan judi di Café itu memang haram, tapi perbuatan lainnya tidak otomatis jadi haram.
SN: Menurut Pa Kiai, merokok dianggap perbuatan sia-sia itu bagaimana ?
KH: Dalam al-Qur’an disebutkan Ibadurrohman itu selalu menghindari perbuatan yang tidak mempunyai kegunaan dan sia-sia, juga menjauhkan diri dari lahwal hadis.
SN: Apa itu ?
KH: ya, sia-sia itu, atau istilah lainnya lagho dan ghoflah.
SN: kirain gapleh…
KH: ghoflah itu perbuatan yang melalaikan orang dari mengingat Allah, ya kalau maen gaplehnya hingga ninggalin sholat, itu termasuk ghoflah
SN: Saya belum lihat orang merokok sambil sholat, Pa Kiai
KH: maksud kau apa ?
SN: Ya orang merokok kan paling usang sepuluh menit, jadi banyak waktu untuk sholat.
KH: Memang bagi yang mengharamkan, rokok itu haram pula dibawa sholat.
SN: Kenapa Pa Kiai ?
KH: lantaran termasuk najis, sama kaya alcohol jadi haram dan najis
SN: Oo begitu, berarti pakai farfum yang beralkohol juga tidak sah sholatnya ?
KH: ya, berdasarkan mereka setiap yang haram itu najis.
SN: Kalau berdasarkan Pa Kiai bagaimana ?
KH: Khamer itu yang diharamkan meminumnya lantaran memabukkan, istilah al-Qur’an rijsun atau kotor, tapi tidak setiap yang kotor itu najis. Yang diharamkan itu ada zatnya yaitu bangkai, darah, daging babi dan hasil sembelihan yang bukan lantaran Allah. Ada juga yang diharamkan itu sifatnya atau perbuatannya mirip mabuk-mabukkan, judi atau mengundi nasib. Khamer itu dibentuk dari buah yang halal mirip anggur tapi sehabis diproses menjadi minuman yang memabukkan. Anggur itu kan halal, tapi air perasan anggur yang berkadar alcohol itu haram lantaran memabukkan kalau diminum.
SN: berarti kalau menjual miras, halal Pa Kiai ? Kan asal tidak diminum
KH: Menjual khamer juga haram ! lantaran ada hadis yang melaknat orang yang menjual, meminum dan mengedarkannya.
SN: Ooh gitu ya
KH: Kalau problem najis yang tidak boleh dibawa sholat dalam hadis disebutkan hanya kotoran insan selain air mani yaitu air kencing, madzi, wadzi, darah haid, darah nifas dan kotoran.
SN: Pa Kiai, air mani itu tidak najis ya ?
KH: Ya ia, kalau najis berarti kau juga najis.
SN: iya ya…
KH: Makara pendapat rokok itu haram dan najis itu sesat dan menyesatkan
SN: Bener Pa Kiai, kalau setiap yang haram itu najis, berarti shalat kita tidak sah selamanya. Kan kita selalu bawa darah di tubuh kita.



SEASON 9 : ROKOK & ROCKER


SN: Pa Kiai, ternyata temen saya yang kemarin diceritakan itu mantan perokok berat.
KH: Pasti berhenti sehabis muntah darah kan?!
SN: Kok Pa Kiai tau ?
KH: Ya, memang pecandu rokok itu berhentinya mirip itu, kau takut kayak dia ?
SN: yah rada ngeri juga
KH: Dulu kan saya pernah kasih tau, kalau makan atau minum itu jangan berlebih-lebihan. Salah satu karenanya ya kayak temen kau itu.
SN: ukuran tidak berlebihan itu segimana Pa Kiai ?
KH: Tiap orang punya kadarnya masing-masing, minum susu saja ada tingkatan usianya. Makanya usia anak sekolah dan perempuan tidak dianjurkan untuk merokok, lantaran respon tubuh mereka lain.
SN: Memang temen saya itu merokoknya semenjak es em pe
KH: Tuh kan, biasanya mereka merokok juga lantaran ikut-ikutan temennya yang nakal atau ingin terlihat keren. Kena penyakitnya kapan ?
SN: Ya, pas mau selesai es em a, trus sama ortunya dimasukin pesantren khusus pecandu narkoba. Ortunya memang orang kaya, Pa Kiai.
KH: Ooo…
SN: Mungkin salah ortunya juga kurang perhatian pada dia.
KH: Ya bisa jadi, memang kerjanya di mana ?
SN: Kalau tidak salah… bapaknya da’i, kalau ibunya perempuan karir.
KH: Pantaass
SN: Kok pantas, harusnya kan kalau bapaknya da’i anaknya niscaya soleh, Pa Kiai?!
KH: Belum tentu! Anak nabi Nuh juga beda jauh dengan ayahnya.
SN: Iya ya… istri nabi Luth juga termasuk yang durhaka…
KH: Anak itu sangat ditentukan oleh pola pendidikannya. Dalam hadis kan kau pernah berguru bahwa setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan suci, dan sangat tergantung pendidikannya.
SN: Kalau anaknya bandel nggak mau dididik bagaimana Pa Kiai ?
KH: Yang mendidik itu bukan hanya orangtuanya tapi juga lingkungan dan sahabat bergaulnya, mungkin temen kau itu lebih mayoritas mengikuti kelakuan temennya, kan ada pepatah AL-MUSHOHABATU TASRUQU TOBI’AH.
SN: Artinya apa ?
KH: persahabatan itu saling mencuri tabi’at, contohnya kau berambut gondrong, niscaya kau gaulnya sama rocker ya ?
SN: ya memang ada, tapi saya gondrong bukan taqlid sama dia, Pa Kiai…
KH: habis kenapa kaya rocker gitu ?
SN: ng..ng, saya pernah baca dalam buku wacana mengenal nabi, bahwa Rasulullah SAW itu juga rambutnya sebahu, juga pernah diikat jadi dua oleh istrinya berarti rambut panjang itu sunah rosul Pa Kiai.
KH: berarti kau sanggup pahala banyak lantaran mengamalkan sunah rosul, tapi kenapa kau mencukur jenggot, padahal nabi itu berjenggot ?!
SN: mmmm, jadi resah Pa Kiai, saya jadi pingin tau aturan rambut panjang, soalnya ada juga temen saya yang melarang gondrong lantaran mirip perempuan katanya
KH: mirip perempuan memang dilarang, tapi bukan lantaran sama panjang rambutnya
SN: jadi mirip apanya Pa Kiai ?
KH: itu… kayak bencong atau berperilaku dan berhias mirip wanita
SN: bencong juga tidak semua gondrong, malah kini ada bencong pake kerudung, Pa Kiai !
KH: Ya, makanya jangan asal menganggap sunah rosul, memang ada hadisnya rosul itu berambut panjang, berjenggot, suka pakaian putih dan sebagainya, tapi harus diperhatikan apakah itu disyari’atkan atau hanya sifat rosul sebagai insan biasa.
SN: Ooo, jadi tidak semua yang dijelaskan dalam buku itu harus dituruti Pa Kiai ?
KH: iya lah, masa kalau di hadis diceritakan rosul itu naik unta, berarti kau dihentikan naik angkot! Makara kalau hadis itu menyangkut aspek manusiawi rosul itu hukumnya mubah, boleh-boleh saja. Nggak perlu dianggap sunah atau haram
SN: Bagaimana dengan sunah rosul yang lima itu Pa Kiai ?
KH: hadis itu menyebutkan lima masalah yang termasuk fitrah atau kebersihan, yaitu dikhitan, mencukur kumis, rambut kemaluan, bulu ketiak, memotong kuku dan membiarkan jenggot, jadi hadis itu menganjuran untuk memelihara kebersihan pribadi
SN: di hadis itu kan tidak ada memotong rambut kepala Pa Kiai, jadi berdasarkan saya memanjangkan rambut itu hukumnya tetep sunah !
KH: Denger… kalau urusan duniawi itu aturan asalnya boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya. Kalau ada dalil yang menganjurkan, maka jadi sunah. Seperti problem memotong rambut itu boleh tapi ada hadis yang melarang qoza’.
SN: apa Pa Kiai ? Kojek ?!
KH: Qoza’ itu menggunduli sebelah rambut kepala, kalau digunduli semuanya dalam ibadah haji justru termasuk lebih utama. Sama halnya memanjangkan rambut juga boleh, tapi harus rapih dan menjaga kebersihan, juga kalau mau shalat jangan diikat.
SN: Mengapa Pa Kiai ?
KH: Ada hadis yang melarang menahan rambut ketika sujud, makanya para shahabat yang berambut panjang itu membuka ikatan rambutnya sebelum shalat. Saya lupa teks hadisnya, kau cari sendiri nanti ya. Kalau tidak salah di pecahan shalat wacana cara bersujud.
SN: Insya Allah Pa Kiai, kalau yang dihentikan menahan rambut ketika sujud berarti pakai kopiah dalam shalat juga dihentikan Pa Kiai ?
KH: Ya nanti baca juga syarah hadisnya, kau bisa menyimpulkan sendiri kan ?
SN: Iya Pa Kiai… Jadi, rambut panjang itu sama hukumnya dengan rokok ya, lantaran kan sama-sama problem duniawi…
KH: Iya, sama kaya aturan musik dan hobi lainnya asalkan tidak ada dalil yang melarangnya.
SN: Alhamdulillah, saya ngerti sekarang…






SEASON 10 : ROKOK DI RESTORAN

SN: uuuhuk. Uhuk
KH: kenapa batuk ?
SN: ehm.. Ini Pa Kiai, temen saya ngasih rokok putih, jadi batuk
KH: makanya jangan asal ngebul, saya lihat kau ngerokok pake tangan kiri lagi.
SN: maaf Pa Kiai
KH: jangan minta maaf sama saya, istigfaar !
SN: astagfirulloh… Pa Kiai, emang merokok pakai tangan kiri haram ?
KH: sebaiknya pakai asisten kalau makan atau minum. Tangan kiri kan buat cebok.
SN: tapi tadi kan yang kanan bawa tas Pa Kiai
KH: kalau bawa tas kan tidak ada perintah harus pakai tangan kanan, tapi kalau makan dan minum rasul menyuruhnya, lantaran makan dengan tangan kiri itu kelakuan setan.
SN: ooh begitu, kalau hukumnya bagaimana ? Haram Pa Kiai ?!
KH: nggak juga, soalnya hadis ini hubungannya dengan akhlaq yang baik, jadi hukumnya sunah atau sebaiknya makan dengan tangan kanan, makanya larangannya juga makruh. Nih, ganti rokoknya …
SN: ma kasih Pa Kiai, kok temen saya seneng rokok yang itu ya? Padahal enakan yang ini.
KH: Itu mah urusan hobi, kau nggak boleh maksa kesukaan orang. Tau nggak dongeng rosulullah yang disuguhi daging biawak ?
SN: belum Pa Kiai, bagaimana ceritanya
KH: Suatu hari dia bertamu kepada shahabat yang suka makan daging biawak dan disuguhkan kepada beliau. Karena dia belum pernah memakannya, maka dibiarkan saja. Makanya ada ulama yang menganggap daging biawak itu makruh.
SN: kalau berdasarkan Pa Kiai bagaimana ?
KH: berdasarkan saya, hadis itu menjelaskan wacana etika makan dan bertamu. Kan ada hadisnya jangan mencaci masakan kalau tidak suka tinggalkan saja
SN: ya Pa Kiai, harusnya temen saya juga ngasihnya rokok yang saya suka.
KH: mungkin temen kau tidak tau, mirip shahabat tadi menyuguhkan daging biawak kepada Rasulullah.
SN: temen saya itu suka rokok yang itu pakai alasan Pa Kiai, malah menganjurkan pada saya supaya jangan merokok yang ini.
KH: Apa alasannya ?
SN: katanya kalau membeli rokok yang ini sama dengan menyumbang Yahudi yang membunuh umat Islam di Palestina, lantaran rokok ini impor Pa Kiai.
KH: Wah, kalau mirip itu, urusannya panjang.
SN: Iya, malah dia menyuruh boikot semua produk dari negaranya
KH: Kok problem produk dibawa-bawa ke nyumbang Yahudi, darimana dia tau hasil penjualan rokok disumbangkan ke sana ?
SN: katanya dari temennya. Temennya itu dari temennya lagi...teruuus..
KH: itulah yang namanya isu, kau jangan gampang percaya. Biasanya kalau isu mirip itu dibentuk oleh lawan bisnisnya, kan jadi nggak laku. Lagian problem jual beli kan termasuk problem mu’amalah, Rasul sendiri pernah bermu’amalah dengan orang Yahudi, jadi tidak boleh kita melarang mu’amalah dengan Yahudi, kecuali memang sudah terang niat mereka untuk menghancurkan umat Islam. Sama mirip membeli barang hasil curian dan kita tau, itu gres haram.
SN: bahkan temen saya itu anti ke restoran Ka ef si, lantaran katanya dagingnya juga haram
KH: Belum tentu, di arab juga ada restoran mirip itu, tapi pengelolanya haji dan ayamnya disembelih eksklusif di sana. Makara kau jangan gampang tergoda isu. Ya.. Kecuali memang kau yakin benar mirip itu. Kasih tau juga temen kau itu, jangan jadi propokator yang sesat dan menyesatkan gitu.
SN: Pasti Pa Kiai, Insya Allah ntar saya kasih tau juga, dia juga merokok yang itu produk perusahaan non muslim.
KH: Bebas laah



SEASON 11: ROKOK & PUASA

KH: Kamu dari tadi disuguhin rokok nggak dicicipi, sedang puasa?
SN: he eh, kini kan hari asyuro’, Pa Kiai nggak puasa sunat ?
KH: kini mah hari minggu bukan asyroh, kalau tanggalnya sepuluh muharram. Emang kau puasa sunat asyuro sudah yakin dalilnya shahih ?
SN: Waktu Jum’atan kemarin khotibnya menjelaskan bahwa shaum ‘asyuro itu sunat dalilnya itu kalau tidak salah Rosul pernah berniat tanggal sembilan muharam itu akan berpuasa.
KH: Ooo, dalil yang itu. Itu kan tanggapan Rosul pada shahabat yang ingin berbeda dengan Yahudi dan jahiliyah yang biasa puasa ‘asyuro tanggal sepuluh. Saya justru sedang mencari dalil yang shahih dan sharih bahwa Rasulullah SAW pernah berpuasa tanggal sembilan muharram.
SN: Kan itu juga shahih Pa Kiai ?
KH: Tapi hadis itu sudah dimansukh dan diganti dengan shaum Ramadlan, juga menunjukan bahwa Allah tidak berkenan dengan niatan Rasul untuk shaum ‘asyuro buktinya dia tidak melakukannya lantaran keburu wafat.
SN: bener juga Pa Kiai, saya jadi ragu-ragu, bagaimana atuh ?
KH: kalau shaum ragu-ragu itu haram, makanya sebelum mengamalkan ibadah itu teliti dulu dan harus yakin benar. Kata khotib tadi kan hukumnya sunat sedangkan saya baca ternyata ada yang menganggap haram lantaran asyuro itu shaum jahiliyah alias bid’ah
SN: Makara sebaiknya bagaimana Pa Kiai?
KH: kembalikan saja pada kaidah ushul “meninggalkan apa yang ditakutkan bid’ahnya lebih didahulukan daripada melaksanakan apa yang diragukan sunnahnya.”
SN: Maksudnya ?
KH: contohnya shaum ‘asyuro tadi tidak ada satupun ulama yang menganggap wajib kan, justru yang harus diwaspadai itu jangan hingga melaksanakan bid’ah, makanya lebih baik ditinggalkan kalau kau masih ragu-ragu.
SN: Kalau begitu saya buka aja, coba rokoknya Pa Kiai
KH: Kamu ini terbalik Ya
SN: terbalik apanya Pa Kiai ?
KH: Kalau Rasul puasa sunatnya sehabis tidak ada makanan, kau buka puasanya sehabis ada makanan.
SN: he he he , eh Pa Kiai, ada gurunya temen saya yang menganggap merokok itu tidak membatalkan puasa.
KH: alasannya apa ?
SN: karna katanya merokok itu sama dengan menghisap udara, kan yang membatalkan puasa itu cuma tiga, makan, minum dan jima”, merokok itu tidak termasuk makan dan minum katanya. Sama kayak kita ngisap asap knalpot di jalanan.
KH: jadi definisi makan itu berdasarkan dia apa ?
SN: nggak tau ya
KH: kalau berdasarkan dia makan itu memasukkan benda padat atau cair saja ke ekspresi berarti menelan ludah sendiri juga batal. Atau merokok juga tidak batal puasa asal disedotnya pakai hidungnya mirip ngisap asap knalpot, yaa
SN: Iya Pa Kiai, mungkin dia pingin cari sensasi aja
KH: itu ulama keblinger, memutar balik ayat Allah untuk kepuasan duniawi dan ketenaran. Mereka juga mempermainkan Syari’at Allah yang sudah niscaya dengan mempertuhankan budi pikirannya. Karena Allah sendiri Yang akan menjaga al-Qur’an dan membalas kelakuannya. Seharusnya ulama itu semakin takut pada Allah dan kau jangan ikut-ikutan paham mereka lantaran ingin disebut intelek.
SN: Saya justeru tidak sependapat dengan dia, Pa Kiai
KH: Itu gres santri brilian…




SEASON 12: ROKOK & JODOH

SN: Kasihan temen saya ditolak mentah-mentah sama ortu ceweknya, padahal dia sudah pingin nikah.
KH: Temen kau yang rocker itu ?
SN: Ya Pa Kiai, kata ceweknya alasan bapaknya nolak dia lantaran penampilannya dan suka merokok.
KH: Ya kalau dia pingin banget nikah sama dia turuti apa maunya, tinggal dicukur trus berhenti merokok
SN: kayaknya dia lebih baik cari lagi yang lain soalnya berdasarkan dia itu problem prinsip Pa Kiai
KH: Waah idealis juga temen kau itu, udah sanggup lagi belum ?
SN: susah katanya nyari yang tepat dan sepaham dengan dia. Pa Kiai punya ?
KH: Urusan jodoh itu belakang layar Allah, walaupun saya punya banyak santriwati, belum tentu jadi. Coba saja suruh main ke sini, mudah-mudahan jodohnya ada di sini.
SN: Insya Allah Pa Kiai, kalau orangtua kayak Pa Kiai semua hebat ya… ngerti selera anak muda.
KH: Bukan ngerti selera anak muda, saya cuma berusaha meneladani akhlaq Rosul, apalagi dia sangat menganjurkan biar segera menikah, jangan justeru sebaliknya mempersulit cowok yang ingin nikah.
SN: Ya Pa Kiai, kok bapanya tega padahal anaknya sudah mau sama dia, memang asalnya dia juga menyuruh berhenti merokok, tapi sehabis saya kasih tau akhirnya dia nerima.
KH: hebat juga, bagaimana kau ngasih taunya ?
SN: Ya mirip kata Pa Kiai dulu, kalau rokok itu tidak haram justeru yang mengharamkan rokok itu yang haram. Kalau dia nggak suka rokok jangan pakai label aturan haram segala, begitu Pa Kiai.
KH: Dia nggak suka busuk rokok, kenapa mau nikah sama temen kau yang perokok itu ?
SN: mungkin sudah terlanjur sayang Pa Kiai.
KH: Ooo, kalau kejadiannya begitu, mengapa dia tidak bisa melunakkan hati bapaknya ?
SN: Bapaknya keras Pa Kiai, apalagi sama temen saya itu hingga pernah diusir gara-gara ke rumahnya sambil merokok.
KH: Kalau tidak bisa kompromi begitu tidak bijaksana. Seharusnya dia ngerti, jangan jadi bapak durhaka.
SN: Masa ada bapak durhaka Pa Kiai?
KH: Ya memang banyak yang begitu tidak hanya anak saja yang durhaka, kan pada masa Umar bin khatab juga pernah ada masalah bapak yang tidak mendidik anaknya sehingga anaknya jadi orang jahat. Itulah bapak yang durhaka.
SN: Sebaiknya menghadapi ortu yang begitu bagaimana Pa Kiai ?
KH: Kalau sudah dikasih tau tetep saja begitu, anaknya juga bisa menikah sendiri atau dengan wali hakim.
SN: Ooo, bisa ya ?!
KH: Ya bisa, malah Rasulullah pernah memisahkan pasangan atas seruan wanitanya lantaran dia dipaksa menikah oleh bapaknya dengan lelaki pilihan bapaknya itu. Karena menikah itu harus saling menyayangi dan sama-sama rela, tidak ada paksaan.
SN: hmmm, kalau begitu saya kasih tau dulu temen saya itu, nanti terserah dia, mau tetep yang itu atau tiba ke sini Pa Kiai…
KH: Ya Boleh, kalau mau ke sini, nggak perlu diganti penampilannya, seadanya saja,
SN: tadi kata Pa Kiai, harus rubah penampilan kalau ingin diterima.
KH: Itu prilaku bunglon, saya kurang suka, kan Rasul sendiri pernah menasihati biar melihat orang itu jangan dari penampilannya..
SN: Ooo begitu
KH: Pernah suatu hari ketika Rasul sedang berkumpul dengan para sahabatnya, lewat seorang yang lusuh penampilannya, kemudian Rasul bertanya bagaimana evaluasi sahabat pada orang itu, mereka menjawab, kalau dia minta tolong tidak ada yang peduli, kalau meminang niscaya ditolak, kalau bicara tidak ada yang mau dengar..
SN: Waah, ini persis temen saya itu Pa Kiai..
KH: dengerin dulu… tak usang kemudian lewat lagi seorang yang penampilannya necis, kemudian ditanyakan lagi kepada para sahabat, kata mereka, orang yang ini sebaliknya dari yang tadi. Tapi apa jawab Rasul?
SN: Pasti pandangan sahabat itu keliru Pa Kiai
KH: Ya, ternyata kata Rasul, orang yang pertama tadi lebih baik daripada yang kedua. Kebaikannya memenuhi langit dan bumi…
SN: Subhanalloh…
KH: memang kebanyakan orang suka salah tanggap lantaran hanya melihat lahiriahnya saja. Makanya kau jangan memandang sebelah mata..
SN: Insyaalloh Pa Kiai, temen saya juga perlu nasehat Pa Kiai…




KIAT BERHENTI TOTAL

SN: Pa Kiai, berdasarkan seorang pakar, kalo mau berhenti total merokok kiatnya ada dua..
KH: Apa aja tuh ?
SN: Pertama, mulailah berhenti merokok pada bulan Ramadhan, lantaran siang harinya niscaya berpuasa dan tidak merokok.
KH : trus yang keduanya ?
SN :kalau masih belum berhenti, coba lagi Ramadhan berikutnya. hingga berhasil sehabis kira-kira 10 hingga 50 kali Ramadhan, dijamin berhenti TOTAL merokok dan... bernafas... he he... He... bcanda Pa Kiai…
KH: Dasar santri kalong ...

DALIL-DALIL DIALOG KH & SN

Al-Qur’an

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jikalau kau berlainan Pendapat wacana sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jikalau kau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(QS. An-Nisa:59)

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ(7)
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(QS. Al-Fatihah:7)

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(195)

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kau menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, lantaran sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah:195)

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا(27)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu yaitu saudara-saudara syaitan dan syaitan itu yaitu sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra:27)

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ(1)
Hai Nabi, mengapa kau mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kau mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. At-Tahrim:1)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ(6)
Hai orang-orang yang beriman, jikalau tiba kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, biar kau tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang mengakibatkan kau menyesal atas perbuatanmu itu.(QS. Al-Hujurat:6)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(96)أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ(97)أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ(98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ(99)
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa kondusif dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa kondusif dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa kondusif dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? (QS. Al-A’raf:96-99)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ(12)
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu yaitu dosa dan janganlah kau mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kau menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kau memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kau merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat:12)

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(173)
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan hewan yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah:173)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَاْلأَنْصَابُ وَاْلأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(90)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, yaitu perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu biar kau mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah:9)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ(87)وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاً طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ(88)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kau melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Maidah:87)


Al-Hadits
853 حَدِيثُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَمْكُثُ عِنْدَ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ فَيَشْرَبُ عِنْدَهَا عَسَلًا قَالَتْ فَتَوَاطَيْتُ أَنَا وَحَفْصَةُ أَنَّ أَيَّتَنَا مَا دَخَلَ عَلَيْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْتَقُلْ إِنِّي أَجِدُ مِنْكَ رِيحَ مَغَافِيرَ أَكَلْتَ مَغَافِيرَ فَدَخَلَ عَلَى إِحْدَاهُمَا فَقَالَتْ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ بَلْ شَرِبْتُ عَسَلاً عِنْدَ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ وَلَنْ أَعُودَ لَهُ فَنَزَلَ ( لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكَ ) إِلَى قَوْلِهِ ( إِنْ تَتُوبَا ) لِعَائِشَةَ وَحَفْصَةَ ( وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا ) لِقَوْلِهِ بَلْ شَرِبْتُ عَسَلاً *
853 Diriwayatkan dari Aisyah r.a katanya: Sesungguhnya Nabi s.a.w berada di rumah Zainab binti Jahsyin, baginda meminum susu, maka saya dan Hafsah bersepakat, sesiapa di antara kami berdua yang akan ditemui oleh Nabi s.a.w nanti, dia mesti menyampaikan kepada Rasulullah s.a.w: Sesungguhnya saya mencium busuk getah pokok urfuth dari kamu. Adakah kau gres saja memakannya؟ Kemudian baginda menemui salah seorang dari kami, eksklusif saja pertanyaan tersebut diajukan kepada baginda. Tetapi baginda menjawab: Bahkan saya gres sahaja minum madu di rumah Zainab binti Jahsyin, saya bersumpah tidak mengulanginya lagi. Lalu Allah menurunkan firmanNya: ( لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللهُ لَكَ ) hingga ayat ( إِنْ تَتُوبَا ) maksudnya: Mengapa kau mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah kepada kamu. Hingga kepada firmanNya: Jika kau berdua bertaubat, kepada Aisyah dan Hafsah. Adapun alasannya yaitu turun firman Allah yang berbunyi: ( وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَي بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا ) Yang bermaksud: Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara belakang layar kepada salah seorang dari isteri-isterinya yaitu Hafshah mengenai satu insiden ialah kerena sabda beliau: Bahkan saya minum madu * (HR. Bukhari & Muslim)

770 حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : خَطَبَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ ثُمَّ قَالَ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ *
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah berkhutbah kepada kami: Wahai manusia! Allah s.w.t telah mewajibkan kepada kau mengerjakan Haji, tunaikanlah Haji. Seorang lelaki bertanya: Adakah setiap tahun, wahai Rasulullah ? Baginda hanya membisu saja hingga lelaki tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali. Rasulullah s.a.w pun menjawab: Jika saya katakan Ya, tentu ianya wajib dilakukan setiap tahun dan kau tidak mungkin bisa melakukannya. Baginda bersabda lagi: Tinggalkanlah sesuatu yang saya tidak galakkan kepada kamu. Kemusnahan umat yang terdahulu daripada kau ialah kerana mereka banyak bertanya dan tidak ada persefahaman dengan Nabi mereka. Jadi, apabila saya perintahkan sesuatu kepada kamu, lakukanlah sedaya kau dan apabila saya melarang dari melaksanakan sesuatu, tinggalkanlah! (HR. AL-Bukhari)

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ وَلاَ يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لاَ يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلاَّ خَيْرًا *
1568 Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Janganlah kau bercita-cita supaya cepat mati dan janganlah kau berdoa supaya mati sebelum kematian itu sendiri tiba kepadamu. Sesungguhnya apabila kau mati, akan terputuslah segala amalan kamu. Sebaliknya apabila dipanjangkan umur seorang mukmin berarti bertambahlah kebaikannya * (HR. Al-Bukhari)

حَدِيثُ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ *
Diriwayatkan dari al-Mughirah r.a katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Sesungguhnya pendustaan terhadapku yaitu tidak sama dengan pendustaan yang dilakukan terhadap seseorang lantaran orang yang sengaja mendustakanku akan disediakan baginya azab dari api Neraka * (HR. Al-Bukhari)

حَدِيثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا *
1561 Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin al-Ash r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Allah s.w.t tidak mengambil ilmu Islam itu dengan cara mencabutnya dari manusia. Sebaliknya Allah s.w.t mengambilnya dengan mengambil para ulama sehingga tidak tertinggal walaupun seorang. Lalu Manusia mengangkat orang jahil menjadi pemimpin, mengakibatkan apabila mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa berdasarkan kepada ilmu pengetahuan. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain pula * (HR. Al-Bukhari)

حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَسْدِلُونَ أَشْعَارَهُمْ وَكَانَ الْمُشْرِكُونَ يَفْرُقُونَ رُءُوسَهُمْ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ مُوَافَقَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ فِيمَا لَمْ يُؤْمَرْ بِهِ فَسَدَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَاصِيَتَهُ ثُمَّ فَرَقَ بَعْدُ *
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a katanya: Kebiasaan Ahli Kitab ialah mengurai rambutnya. Kebiasaan orang-orang musyrik ialah mengikat rambutnya menjadi dua belahan. Rasulullah s.a.w suka menyesuaikan dengan Ahli Kitab pada masalah yang tidak diperintahkan. Rasulullah s.a.w mengurai rambutnya, kemudian barulah baginda mengikatnya menjadi dua belahan * (HR. Al-Bukhari)

Sahal Bin Sa’d meriwayatkan, “Seorang lelaki lewat di hadapan Nabi , dia bertanya kepada para shahabat: “Bagaimana pendapat kalian wacana lelaki tadi ?” Mereka menjawab: “Lelaki itu pantas jikalau mengkhitbah niscaya diterima nikahnya, jikalau meminta tolong niscaya ditolong, dan jikalau berkata niscaya didengar.” Kemudian Nabi terdiam, kemudian lewat lagi seorang lelaki fakir dari kaum muslimin di hadapan beliau, dan bertanya: “Bagaimana de-ngan lelaki ini?” Mereka menjawab: “Pantasnya, jikalau ia mengkhitbah tidak akan diterima nikahnya, jikalau minta tolong tidak akan ditolong, dan jikalau ia berkata tidak akan didengar.” Nabi bersabda, “Sungguh lelaki ini yaitu yang terbaik di antara penghuni bumi dibanding yang tadi.” (HR. Al-Bukhari)

Wallahu A’lam Bish-Shawwab

0 Response to "Pro Kontra Aturan Rokok"

Total Pageviews