Diriwayatkan oleh An-Nasa-i, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Umar Bin Khattab bahwa Rasulullah SAW pernah mentalak Hafshah namun lalu rujuk kembali. Menurut Syekh Ad-Dahlawy dalam “Al-Madarij” : Nabi SAW menjatuhkan talak satu namun dikala kabar ini hingga kepada Umar, dia menjadi ragu maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW biar rujuk kembali kepada Hafshah sebab ia perempuan yang baik dan akan mendampinginya di surga. (‘Aunul Ma’bud)
Beliau juga pernah mengatakan talak kepada istrinya sehubungan dengan keluhan sebagian istrinya pada pelayanan dia dan insiden tersebut diabadikan dalam QS. Al-Ahzab/33:28-30
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kau sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhi-asannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan saya ceraikan kau dengan cara yang baik. Dan jikalau kau sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar. Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, pasti akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali li-pat. Dan yakni yang demikian itu gampang bagi Allah.
Tawaran talak Rasulullah SAW dilatarbelakangi oleh impian sebagian istrinya untuk mendapat nafkah lebih dari biasanya. Beliau sangat bijaksana atas perlakuan istri-istrinya dengan tidak pribadi mentalaknya, tetapi dengan memberi pemahaman perihal hakikat hidup dan kebahagiaan, sehingga menya-darkan para istrinya akan posisi dia sebagai utusan Allah SWT.
Maka sebelum mengambil keputusan talak, hal utama yang harus dikedepankan yakni “Ishlah” atau berdamai. Allah mewasiatkan :
Dan jikalau kau khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga pria dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jikalau kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, pasti Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengeta-hui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa:35)
Sumber: 20 Kiat Menghindari Perceraian
KELUARGA-SAKINAH
Beliau juga pernah mengatakan talak kepada istrinya sehubungan dengan keluhan sebagian istrinya pada pelayanan dia dan insiden tersebut diabadikan dalam QS. Al-Ahzab/33:28-30
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kau sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhi-asannya, Maka Marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan saya ceraikan kau dengan cara yang baik. Dan jikalau kau sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar. Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, pasti akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali li-pat. Dan yakni yang demikian itu gampang bagi Allah.
Tawaran talak Rasulullah SAW dilatarbelakangi oleh impian sebagian istrinya untuk mendapat nafkah lebih dari biasanya. Beliau sangat bijaksana atas perlakuan istri-istrinya dengan tidak pribadi mentalaknya, tetapi dengan memberi pemahaman perihal hakikat hidup dan kebahagiaan, sehingga menya-darkan para istrinya akan posisi dia sebagai utusan Allah SWT.
Maka sebelum mengambil keputusan talak, hal utama yang harus dikedepankan yakni “Ishlah” atau berdamai. Allah mewasiatkan :
Dan jikalau kau khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga pria dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jikalau kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, pasti Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengeta-hui lagi Maha Mengenal. (QS. An-Nisa:35)
Sumber: 20 Kiat Menghindari Perceraian
KELUARGA-SAKINAH
0 Response to "Tawaran Talak Nabi Saw Kepada Istrinya"