Latest News

Ketika Cahaya Hati Mulai Redup...

عَنْ عَلِيِّى بْنِ أَبِى طَالِبٍ رَضِيَى اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنَ الْقُلُوْبِ قَلَّبَ إِلاَّ وَلَهُ سَحَابَةٌ كَسَحَابَةِ الْقَمَرِ، بَيْنَمَا الْقَمَرُ مضئى إِذْ عَلَتْهُ سَحَابَةٌ فَأَظْلَمَ، إِذْ تَجَلَّتْ عَنْهُ فَأَضَاءَ (البخارى ومسلم


Rasulullah saw bersabda: “Tiada satu hati pun yang bergerak kecuali diselimuti kabut, menyerupai awan kabut menutupi purnama. Walaupun bulan bercahaya, tetapi lantaran ia tertutup awan, maka ia menjadi gelap, dan ketika awannya pergi menyingkir, purnamapun bersinar terang kembali.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abi Thalib ra.)
________________________________________

Cahaya merupakan simbol dari pencerahan spiritual. Ilmu yakni cahaya. Iman yakni cahaya. Bekas-bekas basuhan air wudhu di wajah yakni cahaya.Alquran yakni cahaya. Setiap amal saleh yang kita lakukan hakikatnya yakni cahaya. Sejatinya, cahaya spiritual akan membimbing serta menerangi kehidupan manusia, tidak hanya di dunia saja tapi juga hingga ke darul abadi kelak.

Di sana, cahaya terang akan memancar dari wajah setiap hamba-hamba beriman yang senantiasa tunduk dan patuh kepada-Nya. Cahaya inilah yang akan membedakannya dari orang-orang kafir nan ingkar.

Allah SWT berfirman, Pada hari ketika kau melihat orang Mukmin pria dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): Pada hari ini ada gosip bangga untukmu, (yaitu) nirwana yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kau kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak (QS Al Hadiid [57]: 12).

Hati insan itu bagaikan cermin yang memantulkan cahaya. Jika cermin itu higienis dari debu dan kotoran yang menghalangi maka apa yang kita lihat akan tampak jernih apa adanya. Hitam putih akan terlihat terperinci dan nampak perbedaannya. Demikian juga hati, kalau hati jernih, kita akan melihat realita itu apa adanya, sementara kalau hati kita kotor atau terhalang kabut hawa nafsu, kita akan melihat realita itu tidak menyerupai sebenarnya.

Oleh lantaran itu, mulia tidaknya seseorang tidak dilihat dari tampilan lahiriahnya tapi dari batiniah atau hatinya.

ِانَّ اللهَ لاَيَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ (اخرجه مسلم)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta-hata kau tapi melihat hati dan perbuatanmu.” (H.R. Muslim).

Al Qurtubi berkata, “Ini sebuah hadits agung yang mengandung pengertian tidak diperbolehkankannya bersikap terburu-buru dalam menilai baik atau buruknya seseorang hanya lantaran melihat citra lahiriah dari perbuatan taat atau perbuatan menyimpangnya. Ada kemungkinan di balik pekerjaan saleh yang lahiriah itu, ternyata di hatinya tersimpan sifat atau niat jelek yang menjadikan perbuatannya
tidak sah dan dimurkai Allah swt. Sebaliknya, ada kemungkinan pula seseorang yang terlihat teledor dalam perbuatannya atau bahkan berbuat maksiat, ternyata di hatinya terdapat sifat terpuji yang karenanya Allah swt. memaafkannya.

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan lahir itu hanya merupakan gejala dhanniyyah (yang diperkirakan) bukan qath’iyyah (bukti-bukti yang pasti). Oleh lantaran itu tidak diperkenankan berlebih-lebihan dalam menyanjung seseorang yang kita saksikan tekun melaksanakan amal saleh, sebagaimana tidak diperbolehkan pula menistakan seorang muslim yang kita pergoki melaksanakan perbuatan jelek atau maksiat. Demikian Imam Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya.

Hadits di atas menunjukkan ilustrasi yang sangat indah. Hati insan itu sesungguhnya higienis atau bersinar, namun seringkali tertutupi oleh kabut kemaksitan hingga sinarnya menjadi redup. Oleh alasannya itu, kita harus berusaha menghilangkan kabut yang menutupi cahaya hati kita.

AGAR HATI BERSINAR KEMBALI

1. Dimulai dengan Shalat Shubuh

Shalat Subuh yakni sebentuk amal saleh yang sangat bernilai, otomatis ia pun termasuk cahaya. Cahaya menyerupai apa? Dalam sebuah hadis dari Buraidah Al Aslami, Rasulullah SAW mengungkapkan, Beritakanlah kabar bangga kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di waktu gelap (di pagi hari), dengan cahaya yang tepat di darul abadi kelak. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sungguh mengagumkan hadis ini. Al Mubarakfuri memberi komentar, Bahwa badan mereka akan diselimuti, dengan cahaya dari aneka macam arah, ketika mereka mengalami kesulitan berjalan di atas titian shirath kelak. Simaklah kata-kata kunci di dalamnya, kegelapan yang diikuti cahaya yang sempurna.

Kegelapan yang diikuti cahaya terang, bukan cahaya remang-remang, namun cahaya yang kualitas terangnya begitu sempurna. Bagaimana terang benderangnya cahaya yang berada di tengah kegelapan? Semakin pekat kegelapan, semakin benderang pula cahaya yang melingkupinya. Pantas kalau Rasulullah SAW mengungkapkan akad ini.

Bukankah waktu Subuh, waktu sepertiga malam terakhir, waktu menjalang terbitnya fajar, yakni waktu yang paling gelap dari keseluruhan malam? Saat itu yakni ketika terjadinya pertukaran antara malam dan siang. Bulan dan bintang sudah memasuki peraduannya sedangkan matahari belum muncul ke permukaan. Saat itu yakni saat-saat di mana cahaya yang menerangi bumi mencapai intensitasnya yang terendah, hingga Bumi mencapai kegelapan yang sempurna.

Dengan kasih sayang-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Dalam kegelapan yang sempurna, Rasulullah SAW mengajak kita berjalan ke masjid memenuhi panggilan Ilahi yang terungkap lewat kumandang adzan. Ketika momen itu berlangsung, dalam setiap langkah kaki, Allah SWT akan menggugurkan satu dosa serta mengangkat kita satu derajat (HR Bukhari Muslim). Ketika itu pula, Allah SWT menaburkan cahaya-cahaya terang yang akan menerangi jiwa orang-orang yang memenuhi panggilannya.

Tahukah Anda bahwa kejadian itu terjadi setiap hari, di pagi hari.Karena itu, Rasulullah SAW mengajari kita sebuah doa, ketika kita berjalan ke masjid di waktu malam dan pagi hari,

19- اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لِسَانِيْ نُوْرًا، وَفِيْ سَمْعِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَصَرِيْ نُوْرًا، وَمِنْ فَوْقِيْ نُوْرًا، وَمِنْ تَحْتِيْ نُوْرًا، وَعَنْ يَمِيْنِيْ نُوْرًا، وَعَنْ شَمَالِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِيْ نُوْرًا، وَمِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ نَفْسِيْ نُوْرًا، وَأَعْظِمْ لِيْ نُوْرًا، وَعَظِّمْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْنِيْ نُوْرًا، اَللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِيْ عَصَبِيْ نُوْرًا، وَفِيْ لَحْمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ دَمِيْ نُوْرًا، وَفِيْ شَعْرِيْ نُوْرًا، وَفِيْ بَشَرِيْ نُوْرًا. [اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ نُوْرًا فِيْ قَبْرِيْ … ونُوْرًا فِيْ عِظَامِيْ ] [وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا، وَزِدْنِيْ نُوْرًا] [وَهَبْ لِيْ نُوْرًا عَلَى نُوْرٍ].

19. “Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, perbesarlah cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untukku, dan jadikanlah saya sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku” [28] [Ya Allah, ciptakanlah cahaya untukku dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”] [29], [“Tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku, tambahkanlah cahaya untukku”] [30], [“dan karuniakanlah bagiku cahaya di atas cahaya”] [31]
---------------------------------
[28] Hal ini semuanya disebutkan dalam Al-Bukhari 11/116 no.6316, dan Muslim 1/526, 529, 530, no. 763.
[29] HR. At-Tirmidzi no.3419, 5/483.
[30] HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 695, hal.258. Al-Albani menyatakan isnadnya shahih, dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad, no. 536.
[31] Disebutkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, dengan menisbatkannya kepada Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab Ad-Du’a. Lihat Fathul Bari 11/118. Katanya: “Dari aneka macam macam riwayat, maka terkumpullah sebanyak dua puluh lima pekerti”.

Sepertiga malam terakhir hingga terbitnya fajar, yakni momen-momen yang sangat dahsyat. Seiring hadirnya cahaya-cahaya penerang jiwa, Allah SWT pun menaburkan aneka keberkahan di dalamnya. Betapa tidak, ketika itulah para malaikat (yang juga makhluk cahaya) memberi laporan harian kepada Tuhannya, perihal amal-amal yang dilakukan manusia.

Malaikat siang dan malaikat malam tiba dan pergi kepada kalian pada waktu malam. Mereka berkumpul di waktu shalat Subuh dan shalat Ashar.

Kemudian malaikat yang hadir bersama kalian naik ke langit, dan Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (walau Allah Maha Mengetahui segalanya),
'Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?'. Mereka menjawab, 'Kami
tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami pun mendatangi mereka ketika dalam keadaan shalat'. (HR Bukhari Muslim).

Siapa pun yang bisa meraih keberkahan ini, maka di darul abadi kelak kado istimewa sudah siap menunggunya. Apakah itu? Perjumpaan dengan Allah, Dzat Yang Mahatinggi. Masuk nirwana itu yakni nikmat yang teramat besar. Namun, kenikmatan nirwana tiada artinya kalau dibandingkan dengan menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasul sendiri yang menjanjikan hal ini.

Dari Jair bin Abdillah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, Ketika kami tengah berada di sisi Nabi SAW, ia memandang ke arah bulan purnama, kemudian bersabda, 'Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini untuk melihat-Nya. Jika kalian sanggup untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah'. Kemudian ia membaca ayat ini: dan bertasbihlah memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya (QS Thaahaa [20]: 30). (HR Bukhari).

Alasan dikhususkannya shalat Subuh dan Ashar, boleh jadi lantaran pada kedua waktu itu seseorang nyaman beristirahat. Waktu Subuh meneruskan istirahat malam, sedangkan Ashar yakni waktu beristirahat seusai melaksanakan aneka macam kesibukan pekerjaan. Selain itu, siapa pun yang istikamah menjaga kedua shalat ini, biasanya bisa pula menjaga shalat fardu pada waktu-waktu lainnya.

2. Introspeksi diri

Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita. Semua orang akan tahu apa sesungguhnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu.


يـَاأَيُّـهَـا الَّذِيْـنَ ءَامَـنُـوْا اتَّـقُـوْا اللهَ وَلْتَـنْـظُـرْ نَـفْـسٌ مَّاقَـدَّمَتْ لِغَـدٍ وَاتَّــقُـوْا اللهَ. إِنَّ اللهَ خَـبِـيْرٌ بِـمَا تَـعْـمَلُـوْنَ {الحشر


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.” (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)

3. Perbaikan Diri

Perbaikan diri dalam bahasa terkenal disebut taubat. Ini merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melaksanakan introspeksi diri, kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita. Nah, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap.Alangkah rugi kalau kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya.

يَـآأَيُّـهَـا الَّذِيْـنَ ءَامَـنُـوْا تُـوْبُـوْا إِلَى اللهِ تَـوْبَـةً نَّـصُـوْحًـا عَسَى رَبُّـكُمْ أَنْ يُّـكَـفِّـرْ عَـنْـكُمْ سَـيِّـئَـاتِـكُـمْ وَيُـدْخِـلَـكُمْ جَـنّـتٍ تَـجْـرِى مِنْ تَـحْـتِهَـا اْلأَنْـهَارِ ….{التحريم }

"Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kau akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkah kau ke dalam nirwana yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,..” (Q.S.At-Tahrim 66:8)

4. Tadabbur Al Qur’an

Tadabbur Al Qur’an artinya menelaah isi Al-Qur’an, kemudian menghayati dan mengamalkannya. Hati itu bagaikan tumbuhan yang harus dirawat dan dipupuk. Nah, di antara pupuk hati yakni tadabbur Qur’an. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur’an sebagai orang yang tertutup hatinya. Artinya, kalau hati kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabburi Qur’an.

أَفَلاَ يَـتَـدَبَّـرُْنَ الْـقُـْرآنَ اَمْ عَلَى قُلـُوبٍ أَقْـفَـالُهَـا {محمد }

“Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci atau tertutup.” (Q.S.Muhammad 47 : 24)

5. Menjaga Kelangsungan Amal Saleh

Amal saleh yakni setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridoi Allah swt. Apabila kita ingin mempunyai hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau kita biasa pergi ke majelis ta’lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk.

Rasulullah saw bersabda,

… اِعْـمَــلُوْا عَلَى مَاتُــطِـْيقُـوْنَ فَإِنَّ اللهَ لاَيـَـمَلُّ حَتَّى تَـمَـلَّ وَاَنَّ اَحَـبَّ اْلاَعْـمَـالِ اِلىَ اللهِ اَدْوَمُـهَا وَاِنْ قَـلَّ {رواه
البخارى}

"…Beramallah semaksimal yang kau mampu, lantaran Allah tidak akan bosan sebelum kau bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah yakni amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (H.R.Bukhari)

6. Mengisi Waktu dengan Zikir

Zikir artinya ingat atau mengingat. Dzikrullah artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam zikir. Pertama,zikir Lisan, artinya ingat kepada Allah dengan melafadzkan
ucapan-ucapan zikir menyerupai Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar,Laa Ilaaha illallah, dll. Kedua, Zikir Amali, artinya zikir (ingat) kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah swt. dalam
kehidupan. Misalnya, jujur dalam bisnis, tekun ketika bekerja, dll. Hati akan bening kalau hidup selalu diisi dengan zikir verbal dan amali.

يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اذْكُرُوْا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا .وَسَبِّحُوْاهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً {الاحزاب –

“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42)

فَاذْكُرُوْنِى أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْالِى وَلاَتَكْفُرُوْنَ {البقرة }

“Karena itu, ingatlah kau kepada-Ku, pasti Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kau mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah 2 :152)

7. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh

Lingkungan akan mensugesti sikap seseorang. Karena itu, kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Kalau kita dekat dengan orang yang jujur, amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam belajar, dll., dibutuhkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, kalau kita bergaul dengan orang pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah, dll., dikhawatirkan kita pun akan
terseret arus kemaksiatan tersebut. Kerena itu, Allah swt..mengingatkan semoga kita bergaul dengan orang-orang saleh sepertidikemukakan dalam ayat berikut.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَوَاةِ وَالْعَشِيِّى يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ. وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا {الكهف : }

“Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kau palingkan kedua matamu dari mereka lantaran menghendaki suplemen hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan yakni keadaan itu melewati batas.” (Q.S. Al-Kahfi 18 : 28)

8. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim

Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih kebeningan hati, alasannya dengan bergaul bersama mereka kita akan mencicipi penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَى اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَجُلاُ شَكَا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ
فَقَالَ لَهُ: إِنْ أَرَدْتَ تَلْيِيْنَ قَلْبِكَ فَأَطْعِمِ الْمِسْكِيْنَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ (رواه احمد)

“Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah saw. perihal kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw.menegaskan, “Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu, beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi bawah umur yatim.” (H.R. Ahmad).

9. Mengingat Mati sehingga mempersiapkan bekal

Modal utama insan yakni umur. Umur merupakan materi bakar untuk mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu ketika materi bakar kehidupan kita akan manipis dan akibatnya habis. Kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan hati
dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah saw. menganjurkan semoga sering berziarah supaya hati kita lembut dan bening.

عَنْ اَنَسٍ رَضِيَى اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا، فَإِنَّهَا تَرِقُّ الْقَلْبَ وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ وَتُذَكِّرُ اْلأخِرَةَ (رواه الحاكم)

“Anas r.a. menyampaikan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Dulu, saya pernah melarang kalian berziarah ke kuburan. Namun sekarang, berziarahlah, lantaran ia sanggup melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan akan hari akhirat.” (H.R.Hakim)

10. Menghadiri Majelis Ilmu

Hati itu bagaikan tanaman, ia harus dirawat dan dipupuk. Di antara pupuk hati yakni ilmu. Karena itu, menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian hati. Rasulullah saw. menyebutkan bahwa Allah
swt. akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas.

لاَيَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ اِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةِ وَغَشِيَتْهُمً الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ {رواه مسلم }

“Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malakikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (H.R. Muslim)

11. Berdo’a kepada Allah swt.

Allah swt. Maha Berkuasa untuk membolak balikan hati seseorang. Karena itu sangat logis kalau kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening.Menurut Ummu salamah r.a,. do’a yang sering dibaca Rasulullah ketika meminta kebeningan hati adalah: Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku berpegang pada agama-Mu). Perhatikan riwayat berikut,.

عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ : قُلْتُ لأُمِّ سَلَمَةَ، يَاأُمَّ الْمُؤْمِنيْنَ مَاكَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَارَسُوْلَ اللهِ، مَاأَكْثَرُ دُعَائِكَ يَامُقَلِّبَ
الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِيْنِكَ؟ قَالَ: يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللهِ. فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ (اخرجه احمد)

“Syahr bin Hausyab r.a. menyampaikan bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, “Wahai ibu orang-orang yang beriman, do’a apa yang selalu diucapkan Rasulullah saw. ketika berada di sampingmu?” Ia menjawab: “Do’a yang banyak diucapkannya ialah, ‘Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu).” ” Ummu Salamah melanjutkan, “Aku pernah bertanya juga, “Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca do’a: “Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika.” Beliau menjawab:“Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang insan pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan.” (H.R.Ahmad dan Tirmidzi. Menurutnya hadits ini hasan)

Hati merupakan panglima untuk seluruh anggota jasad kita. Kalau hati bening, kelakuan kita pun akan beres. Tapi kalau hati kita busuk, seluruh amaliah pun busuk. Mudah-mudahan Allah swt. selalu memberikepada kita hati yang bersinar terang. Amiin .

اللهم نوّر قلوبنا بنور هدايتك كما نورت الأرض بنور شمسك وقمرك أبداً برحمتك ياأرحم الراحمين.
* اللهم أعنا علي ذكرك و شكرك و حسن عبادتك.

Ya Allah berikanlah cahaya kepada hati kami dengan cahaya hidayah-Mu, menyerupai Engkau menyinari bumi dengan cahaya mentari dan rembulan-Mu selamanya dengan limpahan kasih sayang-Mu…



Tiada satu hati pun yang bergerak kecuali diselimuti kabut KETIKA CAHAYA HATI MULAI REDUP...

0 Response to "Ketika Cahaya Hati Mulai Redup..."

Total Pageviews